PENDAHULUAN
Kitab Maleakhi adalah kitab Nabi-nabi kecil yang
ditulis pada zaman orang Israel telah pulang dari pembuangan yang berisi
tentang peringatan kepada orang Israel tentang dosa-dosa mereka dan tentang
penghukuman kepada orang yang berdosa. Dalam kitab ini sangat terlihat bahwa
kondisi bangsa Israel sedang di dalam penderitaan sehingga mereka
mempertanyakan kasih Allah. Di dalam kitab ini, Maleakhi (utusan Tuhan)
menyampaikan tentang hari Tuhan yang akan tiba dan pasti akan tiba. Maleakhi
memperingatkan bangsa Israel dari dosa mereka, dari peribadahan mereka yang
salah, dan dari persembahan mereka yang salah. Sehingga sebenarnya peringatan
Maleakhi ini adalah agar memperbaiki relasi vertikal (kepada Tuhan) dan relasi
Horizontal (sesama) agar kita didapati hidup dalam kebenaran ketika hari Tuhan
akan tiba.
PENJELASAN NATS
Hari Tuhan akan tiba. Itulah seruan kabar baik hari
ini. Tuhan akan tiba, dan ia pasti akan datang sebagai hakim bagi manusia. Ada
dua hal yang harus kita perhatikan tentang hari Tuhan yang akan datang ini:
Pertama, Hari Tuhan akan menakutkan bagi orang fasik (Ay.1). Ayat 1 menggambarkan bahwa hari Tuhan akan menjadi sesuatu yang mengerikan. Dilambangkan dengan api yang membakar, berarti semuanya hanya sebagai penderitaan dan kengerian tentang bagaimana Tuhan menjadi hakim ketika hari Tuhan itu telah tiba. Tetapi ini akan dirasakan oleh manusia yang fasik. Orang fasik adalah orang yang sebenarnya kenal Allah, percaya kepada Allah, tetapi tidak mau hidup di dalam Allah. Sebagaimana bangsa Maleakhi, percaya kepada Allah, tetapi meragukan kasih-Nya (1:1). Percaya kepada Allah, tetapi tidak takut dan hormat kepada Allah (1:6). Percaya kepada Allah, tetapi hidup menyimpang dari ketetapan Allah dan tidak memeliharanya dan tidak mau berbalik kepada Allah (3:7). Mengapa hari Tuhan menakutkan bagi orang fasik? Sebab semuanya hanya berisi hukuman dan murka Allah.
Kedua, Hari Tuhan dinantikan setiap orang yang Percaya (Ay.2). Berbanding terbalik penjelasan dalam ayat 2 dengan ayat yang pertama. Jika ayat pertama dikatakan bahwa hari Tuhan itu begitu mengerikan, tetapi pada ayat 2-3, khususnya ayat dua dijelaskan bahwa bagi orang yang takut akan Tuhan bahwa kita akan disinari oleh kebenaran Allah, kita akan disembuhkan dan dipulihkan, kita akan mendapatkan kebebasan dan kebahagiaan dari penderitaan kehidupan. Ada pemulihan, ada pembebasan dan ada kebahagiaan. Ada berkat dan janji-janji Tuhan yang menanti setiap orang yang percaya kepadanya yang mau hidup setia kepada Tuhan dan yang selalu menjaga firman Tuhan dalam hatinya.
Melalui nats ini ada dua hal yang ditekankan untuk
kita lakukan dalam mempersiapkan diri bagi hari Tuhan:
Pertama: Mengingat dan Menghidupi Perintah Allah
(Ay. 4). Perintah Yesus dalam hukum kasih hanya ada dua, pertama kasihilah
Tuhan Allah mu dengan segenap hatimu dan dengan segenap pikiranmu dan dengan
segenap akal budimu. Ini jugalah yang diingatkan Maleakhi pada ayat 4. Mengapa
ini ditegaskan oleh Maleakhi? Sebab bangsa itu hidup dalam kemerosotan iman dan
moral serta tidak lagi menganggap penting hidup berTuhan. Sudahkah kasih Allah
menjadi dasar dalam kehidupan kita? Di dalam pergumulan hidup kita, apakah kita
setia pada Allah atau justru mencari jalan keluar kepada dunia ini? Di dalam
pergumulan kita, mampukah kita senantiasa setia beribadah dan bersekutu kepada
Tuhan? Di dalam pergumulan kita, sudahkah kita mampu menjaga pengharapan kita
kepada Tuhan? Inilah maksud menghidup perintah Allah dan mencintai Allah dengan
segenap hati.
Kedua: Bertobat dan kembali pada Allah (Ay 6). Yesus juga memberikan hukum yang tidak kalah utamanya, yakni kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri. Gambaran hubungan antara bapa dengan anak secara teologis menggambarkan hubungan antara manusia dengan Allah. Yang sedari semula telah rusak, kini sudah diperbaiki di dalam kematian Kristus. Hubungan kita dengan Allah telah diperbaiki di dalam Kristus. Jika kita adalah anak-anak Allah, dipanggil untuk melakukan pekerjaan yang baik, maka bertobat dan menjaga hidup di dalam pertobatan adalah satu-satunya jalan. Maleakhi ingin mengajak bangsa Israel dan juga kita jemaat masa kini agar hidup bergantung kepada Allah, mengandalkan Allah, mengutamakan Allah dalam kehidupan. Tetapi gambaran antara hubungan seorang bapa dengan anak ini juga dapat diartikan sebagai relasi antara sesama manusia. Tidak hanya relasi keluarga, tetapi juga relasi dan komunikasi dalam persekutuan dan lingkungan kita. Sebab Hubungan Relasi yang secara horizontal merupakan cerminan dari relasi yang vertikal. Jika kita bertobat kembali kepada Allah, maka hubungan dengan sesama manusia menjadi dipulihkan karena dengan cinta kasih Allah, kita dimampukan untuk mencintai sesama, dan bahkan mendoakan musuh.
KESIMPULAN