Duc In Altum: Pengantar Kitab PB

Klik Ikuti

PENGANTAR KITAB INJIL MATIUS

PENGANTAR KITAB INJIL MATIUS

 

Bagian I: Pengantar Kitab Injil Matius

1.1.         Apa itu Injil?

Kata Injil berasa dari bahasa Yunani, euaggelion yang berarti kabar baik atau kabar gembira. Kabar baik yang dimaksud adalah kabar keselamatan di dalam Yesus Kristus seperti yang dinyatakan dalam Injil Yohanes 14:6 “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku”.[1] Perjanjian Baru merupakan kabar baik mengenai Kerajaan Allah yang datang, yang sudah dipersiapkan oleh Perjanjian lama dan sedang dinantikan pemenuhannya oleh bangsa Israel. Injil merupakan kesaksian iman jemaat perdana atas Yesus Kristus sebagai Juruselamat umat manusia.[2] Injil mengisahkan tentang kedatangan Tuhan Yesus Kristus yang adalah Mesias, Putera Allah yang hidup ke dalam dunia untuk melakukan karya penyelamatan bagi manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa.

Dalam Perjanjian Baru, terdapat empat Injil, yakni Matius, Markus Lukas dan Yohanes. Injil Matius, Markus dan Lukas biasa dikenal dengan Injil Sinopsis. Ketiga Injil ini disebut sinoptik karena ada banyak persamaan di antaranya; cara penulis menyusun cerita menjadi kitab Injil. Kitab-kitab Injil ini pada dasarnya merupakan tiga edisi yang berbeda dari bahan dasar yang sama. Banyak dari persamaannya dapat dijelaskan dengan dugaan para penulis mungkin telah memakai kumpulan ucapan-ucapan yang sama dan sedang beredar di antara berbagai kelompok orang Kristen. Ada dua teori utama yang menjelaskan tentang persamaan ini. Yang pertama menganggap Injil Matius ditulis terlebih dahulu, sedangkan yang kedua menganggap Injil Markuslah sebagai kitab Injil Pertama.[3]

1.2.         Penulis Kitab Matius

Seperti ketiga Injil lainnya, penulis Injil Matius tidak menyebutkan namanya. Namun para ahli kitab telah bersepakat bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah satu dari duabelas murid Yesus. Sebelum menjadi murid, Matius adalah seorang pemungut cukai. Kemudian ia meninggalkan pekerjaannya (Mat. 9:9; 10:3) dan menjadi salah satu dari 12 rasul.[4] Di dalam Injil Markus dan Lukas, kita berkenalan dengan nama asli Matius sebagaimana diberikan oleh orangtua nya. Matius inilah yang dipanggil oleh Tuhan Yesus (Mrk. 2:13-14; Luk. 5:23-28) dengan nama: Lewi anak Alpius atau Alfaes. Nama Matius berarti karunia Allah. Matius adalah pegawai negeri sipil Imperium Romanum (Roma penjajah) yang bertugas dalam bidang perpajakan. Karena pekerjaannya itulah ia dibenci oleh orang Yahudi. Sebagai pemungut cukai, rakyat Yahudi menganggapnya sebagai koruptor yang mengkhianati bangsa Yahudi. Sebaliknya, negara imperium romanum curiga kepada Matius, bahwa ia membela bangsanya sehingga hasil pungutan cukai tidak beres. Kantor Matius terletak di Galilea.[5]

1.3.         Waktu dan Tempat Penulisan Kitab Matius

Mengenai tanggal, bulan dan tahun kepenulisan Injil ini tidak dapat ditentukan denagn tepat. Akan tetapi ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan, antara lain:

i.          Menurut Matius 22:7; 23:38; 24:15 menunjukkan bahwa Injil Matius dikarang pada waktu sesudah perang besar. Perang besar tersebut mengakibatkan Yerusalem jatuh dan hancur

ii.        Dalam sejarah, Yerusalem telah dikepung pada tahun 69 dan dinyatakan jatuh pada tahun 70 oleh penguasa Romawi. Sementara Injil Matius ditulis sesudah Injil Markus diterbitkan.

iii.      Menurut Matius 10:23; 16:28; 26:64 dikatakan bahwa Tuhan Yesus akan datang kembali dan dunia akan segera berakhir. Hal ini dikatakan oleh Tuhan Yesus sendiri di hadapan para murid-Nya. Ini membuktikan, bahwa generasi pertama Kristen masih ada. Hal itu berarti, dimungkinkan Injil Matius ditulis kira-kira sebelum tahun 80, atau lebih sedikit.

Dari pertimbangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa Injil Matius ditulis sekitar antara 72-85 M. Inil Matius diperkirakan di tulis di Antiokhia (sebelah Utara Palestina atau Siria). Di daerah ini terdapat Gereja Yahudi pertama yang menggunakan bahasa Yunani di samping bahasa Aram.[6]

Ada juga beberapa teori mengenai waktu penulisan Injil ini. Duyvermann menyatakan bahwa Injil ini ditulis antara 72-85 M. Tetapi ada juga yang menyatakan Injil ini ditulis sebelum 70 M, yakni sebelum kejatuhan Yerusalem sebab dalam Matius 24:15 mengenai kejatuhan Yerusalem masih berbentuk nubuat, dan tidak ada satupun ayat dalam Injil ini yang menunjukkan bahwa nubutan itu telah digenapi. Ireneus Bapa gereja mengatakan bahwa Matius menulis Injilnya pada waktu Petrus dan Paulus mengabarkan Injil di Roma dan mendirikan jemaat di sana yaitu sekitar 60-65 M.[7]

1.4.         Maksud dan Tujuan penulisan Injil Matius

Dalam tulisannya, ada beberapa maksud dan tujuan serta alamat Matius dalam menuliskan Injilnya:

1.  Matius ingin membuktikan bahwa Yesus adalah betul-betul Mesias bangsa Yahudi. Itulah sebabnya Matius membuka Injilnya dengan bukti genelogi atau silsilah Tuhan Yesus sebagai keturunan Abraham, Daud dan sebagainya. Pernyataan tentang Yesus anak Daud dalam Injil Matius diulang sampai 6 kali.

2.  Matius ingin menunjukkan kepada orang Yahudi bahwa mereka sebetulnya umat Allah yang benar adalah mereka yang menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat. Umat Allah inilah yang disebut dengan gereja (Mat. 16:18; 18:17; 24:14).

3. Matius ingin menganjurkan kepada orang yang telah menerima Kristus, untuk mengabarkan kedatangan Kristus ke seluruh dunia. [8]

4.   Matius ingin menekankan bahwa orang Yahudi tidak perlu lagi menantikan kedatangan Mesias yang melepaskan mereka dari kesesakan, karena Mesias telah lahir dalam diri Yesus Kristus yang menggenapi segala janji Allah itu. Itulah sebabnya, Injil Matius menitikberatkan pada kegenapan Perjanjian Lama tentang diri Yesus Kristus (Mat. 2:17-18; 3:15; 4:14; 5:17).[9]

1.5.         Garis-garis Besar Injil Matius

Adapun garis-garis besar Injil Matius berdasarkan pemaparan yang diberikan oleh Yusak B. Hermawan adalah sebagai berikut:[10]

I.                   Pendahuluan (1:1-4:11)

1.      Silsilah (1:1-17)

2.      Kelahiran (1:18-2:23)

3.      Baptisan (3:1-17)

4.      Pencobaan (4:1-11)

II.                Karya Tuhan yesus di Galilea (4:12-18:35)

1.      Pendahuluan (4:12-25)

2.      Khotbah di bukit (5:1-7:27)

3.      Mujizat Yesus (8:1-9:38)

4.      Khotbah pengutusan (10:1-42)

5.      Berita pelayanan Yesus (11:1-12:50)

6.      Perumpamaan Yesus (13:1-52)

7.      Berita pelajaran Yesus (13:53-17:27)

8.      Pengajaran Jemaat Allah (18:1-35)

III.             Karya Tuhan Yesus di Yudea (19:1-28:20)

1.        Berita pelayanan Yesus (19:1-22:46)

2.        Pengajaran akhir zaman (23:1-25:46)

3.        Penyaliban Yeus (26:1-27:66)

4.        Kebangkitan Yesus (28:1-15)

5.        Perintah memberitakan Injil (28:16-20)

1.6.         Alamat Injil Matius

Papias mengindikasikan bahwa Injil Matius ditulis dalam bahasa Ibrani. Karena itu, jelaslah bahwa Injil Matius dialamatkan kepada orang Ibrani. Dalam Injil itu, Matius tidak menjelaskan arti adat-istiadat orang Yahudi karena orang Yahudi mengetahuinya dengan jelas sehingga tidak perlu dijelaskan lagi (15:2; 23:5). Banyak kutipan Perjanjian Lama dalam Injil ini juga menunjukkan bahwa pembaca Injil ini adalah orang yang mengetahui Perjanjian Lama. Dalam Injil ini juga memakai istilah “kerajaan sorga” bukan “kerajaan Allah”. Hal ini berkaitan dengan orang Yahudi yang segan menyebut nama Allah, mengingat Hukum Ketiga.[11]

1.7.         Tema-tema Teologis Injil Matius

Kerajaan Allah merupakan tema penting dalam Injil Matius. Kata Kerajaan Allah dalam Injil Matius dipakai hanya 5 kali, dan selanjutnya sebanyak 32 kali Matius menggunakan istilah Kerajaan Sorga. Secara keseluruhan digunakan kata basileia yang berarti “kerajaan” hampir 150 kali. Pemakaian kata kerajaan sorga dipakai oleh Matius karena dalam pemahaman orang Yahudi nama Allah itu dipandang terlalu suci untuk disebutkan. Yesus menggunakan dua istilah kerajaan sorga sama dengan kerajaan Allah yang memiliki arti sama.[12]

1.8.         Daftar Pustaka

Brotosudarmo, Drie S. Pengantar Perjanjian Baru: Memahami Penulis, Tahun Penulisan, Maksud dan Tujuan Masing-masing Kitab dalam Perjanjian Baru. Yogyakarta: Andi, 2017.

Drane, John, Memahami Perjanjian Baru: Pengantar Historis-Teologis. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005.

Hananto, Tri (Ed.), Antologi Exsequendum Didaktik: Teologi Praktika dan Pendidikan Agama Kristen Jilid-I. Kelele: Pustaka Star’s Lub, 2021.

Hermawan, Yusak B. My New Testament: Menjelajah Dunia Perjanjian Baru untuk Memahami dan Mendalami Kitab-kitab di Perjanjian Baru. Yogyakarta: Andi, 2010.

Prodjowijono, Suharto, Manajemen Gereja: Sebuah Alternatif. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008.

Rukiyanto, B.A. Mengenal Yesus Kristus. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press, 2022.

Wiyono, Gatut, Tema-tema Pilihan: Eksposisi Injil Matius. Tasikmalaya: Edu Publisher, 2021.


[1] Suharto Prodjowijono, Manajemen Gereja: Sebuah Alternatif (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 2.

[2] B.A. Rukiyanto, Mengenal Yesus Kristus (Yogyakarta: Sanata Dharma University Press, 2022), 23.

[3] John Drane, Memahami Perjanjian Baru: Pengantar Historis-Teologis (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005), 192.

[4] Gatut Wiyono, Tema-tema Pilihan: Eksposisi Injil Matius (Tasikmalaya: Edu Publisher, 2021), 1.

[5] Drie S. Brotosudarmo, Pengantar Perjanjian Baru: Memahami Penulis, Tahun Penulisan, Maksud dan Tujuan Masing-masing Kitab dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta: Andi, 2017), 166.

[6] Drie S. Brotosudarmo, Pengantar Perjanjian Baru: Memahami Penulis, Tahun Penulisan, Maksud dan Tujuan Masing-masing Kitab dalam Perjanjian Baru, 168.

[7] Yusak B. Hermawan, My New Testament: Menjelajah Dunia Perjanjian Baru untuk Memahami dan Mendalami Kitab-kitab di Perjanjian Baru (Yogyakarta: Andi, 2010), 41.

[8] Drie S. Brotosudarmo, Pengantar Perjanjian Baru: Memahami Penulis, Tahun Penulisan, Maksud dan Tujuan Masing-masing Kitab dalam Perjanjian Baru, 170.

[9] Yusak B. Hermawan, My New Testament: Menjelajah Dunia Perjanjian Baru untuk Memahami dan Mendalami Kitab-kitab di Perjanjian Baru, 40.

[10] Yusak B. Hermawan, My New Testament: Menjelajah Dunia Perjanjian Baru untuk Memahami dan Mendalami Kitab-kitab di Perjanjian Baru, 44.

[11] Yusak B. Hermawan, My New Testament: Menjelajah Dunia Perjanjian Baru untuk Memahami dan Mendalami Kitab-kitab di Perjanjian Baru, 40-41.

[12] Tri Hananto (Ed.), Antologi Exsequendum Didaktik: Teologi Praktika dan Pendidikan Agama Kristen Jilid-I (Kelele: Pustaka Star’s Lub, 2021), 115-116.

PENGANTAR KITAB 1 PETRUS

PENGANTAR KITAB 1 PETRUS

 


PENGANTAR KITAB 1 PETRUS

 

            1.1.                Latar Belakang Kitab 1 Petrus

Dalam konteks 1 Petrus istilah orang pendatang yang dikenakan kepada pembaca rupanya merujuk pada orang-orang yang dianggap “asing” dalam masyarakat. Pada waktu itu, orang yang menjadi Kristen dianggap asing karena mereka tidak mau bergabung dalam penyembahan berhala, sehingga mereka dikucilkan dari masyarakat. Istilah itu juga dipakai untuk menunjuk kepada orang Kristen yang tinggal di dunia sebagai pendatang. Tanah air mereka ada di surga (1 Ptr. 1:17; 2:11). Jemaat yang disapa 1 Petrus adalah jemaat yang baru menjadi Kristen (bnd. 1 Ptr. 1:18,23; 2:2,3; 3:9,21; 4:3,4). Jemaat ini memiliki latar belakang kafir (1:14; 2:9-10; 4:3) dan sekaligus hidup di tengah lingkungan kafir (2:12; 4:3-4). Kebanyakan anggota jemaat berasal dari lingkungan bawah dan banyak di antara mereka adalah budak (2:18, dst.) dan para perempuan yang suaminya kafir (3:1, dst.). Mereka menjadi sasaran penganiayaan dari masyarakat sekitar mereka (4:12; 2:20; 3:14), difitnah (2:12; 3:9; 4:16) dan dibawa ke pengadilan (3:15; 4:14-16). Mereka dianiaya karena identitas Kristen mereka. Dalam situasi yang demikian, penulis mengajak dan meyakinkan jemaat untuk tabah karena ia yakin bahwa kedatangan Tuhan sudah dekat (1:7; 2:12; 4:5,7,13-15). Sikap ketertundukan dan tabah menanggung ketidakadilan (2:18-25) memang mengakibatkan penderitaan (3:13-17), tetapi jemaat diminta agar sabar menanggung penderitaan, sama seperti Kristus yang telah mengalami penderitaan sampai disalibkan dan mati karena dosa-dosa manusia, tetapi bangkit demi keselamatan manusia. Oleh karenanya penulis kitab meminta agar jemaat terus memelihara imannya dalam situasi lingkungan yang tidak bersahabat itu.[1]

Daerah di mana penerima tinggal sama sekali tidak homogen. Kota-kota pesisir di provinsi-provinsi Asia, Pontus dan Bitinia benar-benar ter-helenisasi. Kultus Kaisar Romawi telah dimulai dan secara resmi dituntut dari semua warga negara kecuali orang Yahudi. Ini adalah salah satu faktor dalam situasi keagamaan yang sangat beragam. Penghormatan masih diberikan kepada dewa dan dewi mitologi tradisional dalam kehidupan keagamaan resmi kota dan negara bagian. Secara sosial ada banyak sekali kekayaan dan kemiskinan. Di daerah pedesaan kondisi feodal berlaku di mana perkebunan besar dikerjakan oleh gerombolan budak yang besar. Di kota-kota ada ukuran industrialisasi dengan usaha kecil individu. Sejumlah besar budak dipekerjakan di sini dan di rumah tangga warga yang lebih kaya; budak ini sering berpendidikan baik atau terampil dalam perdagangan. Secara keseluruhan dalam periode ini kekristenan ditemukan sebagian besar di kota-kota, sebuah fenomena perkotaan. Dari surat itu kita belajar sedikit tentang susunan gereja-gereja. Budak dibahas dalam 2:18-25, tetapi tidak ada instruksi etis langsung dari tuan; penulis tidak berani berasumsi bahwa tidak ada tuan dalam jemaat karena 2:13-17 ditujukan untuk orang bebas yang mungkin memiliki tugas sipil; apalagi apa yang dikatakan tentang istri dalam 3:1-6 menunjukkan bahwa beberapa orang bagaimanapun juga kaya.[2]


1.2.              Penulis Kitab 1 Petrus

Kepenulisan kitab penting untuk dibahas dan diputuskan karena berkenaan dengan periode, tempat penulisan dan juga dengan konteks surat 1 Petrus sendiri. Penulis kitab ini memperkenalkan dirinya sebagai “Petrus rasul Yesus Kristus” (1 Ptr. 1:1). Yang dimaksud di sini adalah Simon Petrus yang biasa disebutkan sebagai orang pertama dalam daftar rasul-rasul. Irenius, dalam bukunya “Against Heresies” (200 M), menyebut Rasul Petrus sebagai penulis surat ini.[3] Sejak saat itu tidak pernah secara serius diragukan bahwa 1 Petrus ditulis oleh rasul Petrus di kota Roma sekitar 60-64 M.[4] Ada beberapa alasan untuk menerima pandangan mengenai kepenulisan surat 1 Petrus. Pertama, banyak ajaran di dalamnya sesuai dengan apa yang kita harapkan dari seorang murid Yesus. Banyak hal yang kelihatannya menggemakan ajaran Yesus sendiri.[5] Kedua, ada sejumlah hubungan antara surat 1 Petrus dengan khotbah-khotbah Petrus dalam Kisah Para Rasul.[6]

Singkatnya, menurut Archibald M. Hunter – penulis setuju dengan pendapat ahli ini – mengatakan bahwa surat 1 Petrus telah diterima sejak awal mula kekristenan dan juga tidak ada keberatan yang diajukan terhadap kepengarangan Petrus yang dapat dipertahankan. Karena itu, kita dapat dengan aman menerima tradisi yang menghubungkan surat ini dengan rasul Petrus. Hanya saja, menurut Hunter lebih lanjut bahwa Silvanus memiliki andil besar karena Petrus menulis surat dengan bantuan Silvanus karena mengingat bahwa Petrus mungkin tidak memiliki kecakapan berbahasa Yunani. Maka Silvanus berperan sebagai sekretaris Petrus dalam hal ini.[7] Meskipun tidak dapat dibuktikan siapa yang menulis atau siapa yang tidak menulis surat ini, surat ini tidak berkurang nilainya bagi iman jika bukan Petrus yang menulisnya, atau lebih berharga bagi iman bila ia yang menulis.[8] Kesimpulannya adalah penulis mempertahankan tradisi yang mengatakan bahwa 1 Petrus ditulis oleh Simon Petrus, rasul Yesus Kristus, dengan bantuan Silvanus yang berperan sebagai sekretaris dan yang membantu Petrus dalam menulis suratnya.


1.3.              Waktu dan Tempat Penulisan Kitab 1 Petrus

Jika Petrus adalah penulis surat ini, mungkin surat itu bertanggal tahun terakhir hidupnya, pada 60-an.[9] Lebih tepatnya bahwa penulisan surat ini yakni pada masa penganiayaan orang-orang Kristen yang dimulai oleh Kaisar Nero pada 64 atau 65 M. Gambaran penganiayaan dalam 1 Petrus 1:7 dan 5:8 mungkin mengacu pada peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan penganiayaan oleh Nero itu sendiri. Lagipula, pembaca surat agaknya terkejut ketika mereka dianiaya (1 Ptr. 4:12). Jikalau surat ini ditulis setelah masa penganiayaan Nero, mestinya mereka menganggap bahwa hal penganiayaan itu sebagai sesuatu yang lumrah. Jadi dapat disimpulkan bahwa surat 1 Petrus ditulis pada tahap awal penganiayaan Nero terhadap orang Kristen. Memang tidak ada bukti yang pasti bahwa penganiayaan itu akhirnya menyebar ke Asia Kecil. Tetapi meskipun penganiayaan itu tidak menyebar ke sana, penganiayaan resmi di Roma pasti akan memberi dorongan kepada orang-orang di tempat lain untuk menganggap hina orang-orang Kristen di kota-kota mereka tinggal.[10]

Tempat penulisan surat ini juga sulit ditentukan dengan pasti. Menurut keterangan 1 Petrus 5:13, surat ini ditulis di Babilon. Ada dua tempat yang biasanya disebut dengan Babilon dalam PB. Pertama, Babel yang terletak di pinggir sungai Efrat di Mesopotamia. Akan tetapi tidak ada informasi tentang Petrus pernah pergi ke sini. Kedua, maksud kota Babilon adalah kota Roma. Di kalangan orang Yahudi dan Kristen, kota Roma dijuluki (diejek) sebagai Babilon karena lambang segala kejahatan yang melawan Allah. Jika informasi dari surat ini dapat diterima, ini berarti bahwa dapat dikatakan 1 Petrus ditulis di kota Roma.[11] Penulis menyimpulkan bahwa Surat 1 Petrus ditulis di kota Roma pada periode antara 64-65 M pada masa awal penyiksaan yang dilakukan kepada orang Kristen oleh kaisar yang memerintah pada saat itu, yakni Nero.


1.4.              Permasalahan Jemaat dalam Konteks 1 Petrus

Isi surat ini menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi di antara orang-orang Kristen yang bukan keturunan Yahudi. Mereka telah menjadi umat Allah, tetapi masyarakat di sekitar tempat tinggal mereka masih menyembah berhala, menentang pemberitaan kabar baik tentang Yesus Kristus. Pada zaman itu orang percaya disiksa (1:5-9; 4:12-19). Orang-orang Kristen pada masa itu mungkin sekali dianiaya oleh kelompok masyarakat yang menyembah berhala. Mereka mungkin dianiaya oleh para pemimpin dari apa yang disebut agama misteri karena wibawa mereka perlahan-lahan dihancurkan oleh ajaran Kristen yang menentang perzinahan dan penurutan hawa nafsu. Mungkin juga mereka dianiaya oleh keluarga dari orang yang menjadi Kristen itu. Ada juga kemungkinan orang-orang Kristen pada masa iu juga disiksa oleh bekas teman-teman mereka. Teman-teman mereka berbalik menghina, mengejek, memandang rendah dan mempermalukan mereka, karena mereka tidak lagi melakukan perbuatan-perbuatan bodoh dan jahat seperti yang dilakukan para penyembah berhala (2:11-12; 3:13-17; 4:3-4).[12] Permasalahan yang dialami oleh orang-orang Kristen yang disebutkan dalam 1 Petrus ini menjadi satu alasan mengapa Petrus menuliskan surat ini kepada mereka agar jangan sampai orang-orang Kristen merasa bahwa penderitaan ini adalah sesuatu yang harus dihindari, dan agar tidak sampai kepada satu tindakan yang fatal, yakni menanggalkan iman mereka. Sukacita dan ucapan syukur di tengah-tengah penderitaan merupakan satu anjuran yang diberikan Petrus untuk jemaat agar kuat dalam menghadapi penderitaan sebab akan ada kemuliaan yang menanti bagi yang setia ikut serta dalam penderitaan Kristus.


1.5.              Maksud dan Tujuan Penulisan Kitab 1 Petrus

Target sebenarnya dari surat 1 Petrus adalah memberi nasehat kepada jemaat agar berdiri teguh menghadapi penderitaan dan perburuan terhadap orang Kristen.[13] Dalam surat ini, Petrus mengingatkan jemaat bahwa penderitaan mereka adalah bukti kemurnian iman mereka. Penderitaan itu menjamin mereka bahwa mereka akan memperoleh kemuliaan di sorga (1:6-7; 4:1; 4:14). Dalam pasal 2:21-23, Petrus menegaskan bahwa Kristus telah menderita untuk mereka dan telah meninggalkan “teladan” bagi mereka supaya mereka mengikuti jejak-Nya. Sebab, sebagai para pengikut Kristus, mereka harus mengikuti contoh yang telah dilakukan oleh Guru mereka. Karena Yesus telah menderita, maka sebagai pengikut-Nya mereka juga menderita. Dan sama seperti Kristus menderita untuk membawa keselamatan kepada manusia, maka dalam penderitaan orang Kristen juga akan membawa orang kepada Kristus. Hanya saja, Kristus menderita tanpa dosa (1:9). Petrus mengingatkan jemaat yang ia sapa agar sekalipun mereka menderita, mereka tetap setia kepada-Nya. Sebagai umat yang telah dipanggil dan dipilih, mereka dilarang untuk membalas orang yang menganiaya mereka dengan kejahatan, melainkan memberkati (3:9). Petrus mengatakan bahwa dengan ikut serta dalam penderitaan Kristus, mereka akan dibawa kepada sukacita pada hari kedatangan-Nya ketika kemuliaan-Nya dinyatakan (4:13).[14] Satu-satunya hasrat dan tujuan penulis kitab ini adalah untuk menguatkan pembaca di dalam penderitaan agar jangan tawar hati. Terdapat pula ajakan untuk mengikut Yesus dalam penderitaan (2:21; 4:1), dan dalam kehidupan (1:13-16; 2:1), bukan dengan sikap takut dan gentar (3:14). “Sebaliknya, bersukacitalah sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus” (4:13). Alasan kehidupan seperti itu bukanlah supaya kita memperoleh mahkota – keselamatan itu adalah pemberian – melainkan supaya dengan melakukan panggilan kita itu dalam kehidupan sehari-hari, nama Allah dimuliakan di dalam dan di luar gereja (4:11; 2:12; 3:1,2).[15] Sesuai dengan pengakuan penulis sebagai martir, penulis memberi nasehat kepada para pembaca demikian: pertama, janganlah tawar hati untuk menghadapi penderitaan, sedangkan kebangkitan Kristus sebagai jaminan. Kedua, mengikut Kristus dalam penderitaan dan dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga, bersukacita dalam penderitaan dalam Kristus.[16]


1.6.              Struktur Kitab 1 Petrus

Guna mendapatkan garis besar dari tulisan 1 Petrus ini secara keseluruhan, serta melihat dan memperkaya struktur kitab 1 Petrus, maka di sini penulis mencoba memperbandingkan dua struktur kitab 1 Petrus menurut para ahli, yaitu:

Struktur pertama diambil berdasarkan buku Tafsiran Matthew Henry[17]

Pasal 1

I.                   Salam Pembuka (1:1-2)

II.                Hak-Hak Istimewa Orang Kristen (1:3-12)

III.             Kewaspadaan dan Kekudusan: Nasehat untuk Menjalin Kasih Persaudaraan (1:13-23)

IV.             Sia-sianya Manusia Duniawi (1:24-25)

Pasal 2

I.                   Peringatan terhadap Kejahatan dan Kemunafikan (2:1-3)

II.                Batu yang Hidup: Peringatan terhadap Hawa Nafsu (2:4-12)

III.             Perihal Warga Negara: Sikap sebagai Hamba (2:13-25)

Pasal 3

I.                   Kewajiban-kewajiban Suami-Istri (3:1-7)

II.                Kewajiban-kewajiban terhadap Kawan dan Lawan (3:8-15)

III.             Hati Nurani yang Murni dan Hidup yang Saleh (3:16-17)

IV.             Penderitaan-penderitaan Kristus (3:18-20)

V.                Baptisan Kristiani (3:21-22)

Pasal 4

I.                   Mematikan Keinginan Dosa (4:1-3)

II.                Penghiburan bagi Hamba-hamba Allah (4:4-6)

III.             Penguasaan Diri, Ketekunan dalam Doa, dan Kasih: Pemanfaatan Karunia (4:7-11)

IV.             Ketabahan dan Sikap Hati-hati: Nasehat Kepada Orang-orang Kristen yang Menderita (4:12-19)

Pasal 5

I.                   Nasehat bagi Para Penatua (5:1-4)

II.                Nasehat untuk Merendahkan Hati (5:5-7)

III.             Perintah mengenai Penguasaan Diri dan Kewaspadaan (5:8-9)

IV.             Doa Rasul Petrus (5:10-14)

Adapun struktur kedua diambil berdasarkan pandangan John H. Elliot[18]

1:1-2                            Informasi Penulis Surat

1:3-2:10                       Orang-orang percaya dilahirkan kembali dan dipilih dan menjadi orang
orang kudus

            1:3-12              Pujian Bagi Allah atas keselamatan oleh anugerah-Nya

            1:13-21            Harapan dan kekudusan anak-anak Tuhan

            1:21-25            Kekeluargaan dan kelahiran kembali berdasarkan Injil

            2:1-3                Membuang segala kejahatan: Nutrisi rohani dan pertumbuhan rohani

            2:4-10              Pemilihan dan penolakan: Kristus, orang percaya, orang tidak percaya,
                                    konsolidasi, dan kehormatan rumah tangga untuk Tuhan

2:11-12                        Peralihan: Pendatang dan perantau harus menjaga perilaku yang baik di
                                    tengah-tengah bangsa yang bukan Yahudi demi kemuliaan Allah

2:13-3:12                     Sikap hormat kepada para pemimpin dan masyarakat

            2:13-17            Sikap hormat kepada lingkungan masyarakat

            2:18-25            Sikap hormat kepada situasi lingkungan: pembantu rumah tangga dan
                                    hamba Tuhan

            3:1-7                Sikap hormat kepada situasi lingkungan: sikap tunduk seorang istri dan
                                    menghormati suami

            3:8-12              Sikap hormat kepada para pemimpin dan masyarakat: Nasehat Penutup

3:13-4:6                       Melakukan yang benar dalam menghadapi permusuhan

            3:13-17            Melakukan yang benar meski menderita bukan karena kesalahan

            3:18-22            Kristus yang benar yang menderita: penderitaan, Kematian dan
                                    kebangkitan-Nya sebagai dasar untuk keselamatan dan pembenaran
                                    orang percaya

            4:1-6                Penghukuman Allah atas orang-orang berdosa dan pembenaran orang
                                    orang beriman

4:7-11                          Menjaga persekutuan jemaat untuk kemuliaan Tuhan

4:12-5:11                     Sukacita dan solidaritas dalam penderitaan, persatuan persekutuan, dan
                                    kepercayaan kepada Tuhan

            4:12-19            Menderita melakukan yang benar sebagai sukacita dalam solidaritas
                                    penderitaan Kristus dan kemuliaan bersama Tuhan

            5:1-5a              menjaga kesatuan persekutuan: penatua yang bertanggung jawab

            5:5b-11            Kerendahan hati, melawan iblis dan percaya pada kekuatan dan
                                    pemeliharaan Allah

5:12-14                        Tambahan penulis/Penutup penulis

 

1.7.              Daftar Pustaka

Arichea, Daniel C. dan Nida, Eugene A. Pedoman Penafsiran Alkitab: Surat Petrus yang Pertama. Jakarta: LAI-Yayasan Karunia Bakti Budaya, 2013.

Best, Ernest, The New Century Bible Commentary: I Peter, Matthew Black (Ed.). Grand Rapids: Eerdmans Publishing, 1977.

Brown, Raymond E. et.al. Peter in the New Testament. Minneapolis: Augsburg Publishing House, 1973.

Drane, John, Memahami Perjanjian Baru: Pengantar Historis-Teologis. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003.

Duyverman, M.E. Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015.

Elliot, John H. The Anchor Yale Bible: 1 Peter. London: Yale University Press, 2000.

Groenen, C. Pengantar ke dalam Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius, 2000.

Hakh, Samuel Benyamin, Perjanjian Baru: Sejarah, Pengantar dan Pokok-pokok Teologisnya. Bandung: Bina Media Informasi, 2010.

Henry, Matthew, Tafsiran Matthew Henry: Surat Ibrani, Yakobus, 1&2 Petrus, 1-3 Yohanes, Yudas, Kitab Wahyu. Surabaya: Momentum, 2016.

Hunter, Archibald M. “The First Epistle of Peter: Introduction” dalam The Interpreter’s Bible: A Commentary in Twelve Volumes Vol. XII: James, Peter, John, Jude, Revalation General Articles Index, George Arthur Butrick (Ed). Nashville: Abigdon Press, 1957.

Neyrey, Jerome H. “1 Petrus” dalam Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, Dianne Bergant dan Robert J. Karris (Ed). Yogyakarta: Kanisius, 2002.

S. Brotosudarmo, R.M. Drie, Pengantar Perjanjian Baru: Memahami Penulis, Tahun Penulisan, Maksud dan Tujuan Masing-masing Kitab dalam Perjanjian Baru. Yogyakarta: Andi, 2017.



[1] Samuel Benyamin Hakh, Perjanjian Baru: Sejarah, Pengantar dan Pokok-pokok Teologisnya (Bandung: Bina Media Informasi, 2010), 329-332.

[2] Ernest Best, The New Century Bible Commentary: I Peter, Matthew Black (Ed.) (Grand Rapids: Eerdmans Publishing, 1977), 16-17.

[3] Samuel Benyamin Hakh, Perjanjian Baru: Sejarah, Pengantar dan Pokok-pokok Teologisnya, 327.

[4] C. Groenen, Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta: Kanisius, 2000), 346.

[5] Berdasarkan yang dijelaskan oleh John Drane, persamaan-persamaan antara pengajaran Yesus dan Petrus adalah sebagai berikut: Orang Kristen harus memiliki sikap berjaga dan waspada (Luk. 12:35 Bnd. 1 Ptr. 1:13); Hak memanggil Allah sebagai “Bapa” (Luk. 11:2 Bnd. 1 Ptr 1: 17); Perilaku orang Kristen harus membuat orang tidak beriman memuji Allah (Mat. 5:16 Bnd. 1 Ptr 2:12); Tidak membalas kejahatan dengan kejahatan (Luk. 6:28 Bnd. 1 Ptr. 3:9); Menderita karena melakukan kehendak Allah (Mat. 5:10 Bnd. 1 Ptr. 3:14); Pertanggungjawaban pada Allah di hari penghakiman (Mat. 12:36 Bnd. 1 Ptr. 4:5); Bergembira karena dihina sebagai pengikut Kristus (Mat. 5:11 Bnd. 1 Ptr. 4:14); Sifat kerendahan Hati (Luk. 14:11 Bnd. 1 Ptr 5:6); Orang Kristen tidak perlu kuatir karena Allah memelihara (Mat. 6:25-27 Bnd. 1 Ptr. 5:7). Lih. John Drane, Memahami Perjanjian Baru: Pengantar Historis-Teologis (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), 491.

[6] John Drane, Memahami Perjanjian Baru: Pengantar Historis-Teologis, 492.

[7] Archibald M. Hunter, “The First Epistle of Peter: Introduction” dalam The Interpreter’s Bible: A Commentary in Twelve Volumes Vol. XII: James, Peter, John, Jude, Revalation General Articles Index, George Arthur Butrick (Ed) (Nashville: Abigdon Press, 1957), 80.

[8] Jerome H. Neyrey, “1 Petrus” dalam Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, Dianne Bergant dan Robert J. Karris (Ed) (Yogyakarta: Kanisius, 2002), 445.

[9] Raymond E. Brown, et.al., Peter in the New Testament (Minneapolis: Augsburg Publishing House, 1973), 149-150.

[10] John Drane, Memahami Perjanjian Baru: Pengantar Historis-Teologis, 492.

[11] Samuel Benyamin Hakh, Perjanjian Baru: Sejarah, Pengantar dan Pokok-pokok Teologisnya, 329-330.

[12] Daniel C. Arichea dan Eugene A. Nida, Pedoman Penafsiran Alkitab: Surat Petrus yang Pertama (Jakarta: LAI-Yayasan Karunia Bakti Budaya, 2013), 1.

[13] Archibald M. Hunter “The First Epistle of Peter: Introduction” dalam The Interpreter’s Bible Vol. XII: James, Peter, John, Jude, Revalation General Articles Index, George Arthur Buttrick (Ed.), 82.

[14] Samuel Benyamin Hakh, Perjanjian Baru: Sejarah, Pengantar dan Pokok-pokok Teologisnya, 336.

[15] M.E. Duyverman, Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015), 181.

[16] R.M. Drie S. Brotosudarmo, Pengantar Perjanjian Baru: Memahami Penulis, Tahun Penulisan, Maksud dan Tujuan Masing-masing Kitab dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta: Andi, 2017), 256.

[17] Matthew Henry, Tafsiran Matthew Henry: Surat Ibrani, Yakobus, 1&2 Petrus, 1-3 Yohanes, Yudas, Kitab Wahyu (Surabaya: Momentum, 2016), vii-viii.

[18] John H. Elliot, The Anchor Yale Bible: 1 Peter (London: Yale University Press, 2000), 82-83.