DOKTRIN ALLAH TRITUNGGAL
Pengertian Kata Trititas
Kata Trinitas atau Tritunggal
berarti tiga Pribadi di dalam satu hakikat atau esensi. Kata Trinitas ini
merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “Trinity”.
Di dalam bahasa Belanda, terjemahan kata ini adalah “Drie-eenheid” yang berasal dari dua suku kata bahasa Latin, yaitu Tres (tiga) dan unus (esa, tunggal
atau satu). Istilah Trinitas ini diperkenalkan oleh Bapa Gereja bernama
Tertullianus berdasarkan penjelasan dalam bahasa Latin (Tres Personae, una Substantia) yang berasal dari bahasa Yunani (Treis Hypostasis, homoousios). Dengan
kata Trinitas, Tertulianus hendak mengatakan bahwa tiga pribadi yang
dipersaksikan Alkitab bagi kita (Bapa, Anak dan Roh Kudus) sesungguhnya adalah
satu substansi, yakni Allah. Untuk penjelasan lebih lanjut, kita akan lebih sering
menyebutnya dengan istilah “Tritunggal”.
Latar Belakang Ajaran Allah Tritunggal
Alkitab sendiri tidak mencatatkan
di dalam ayat manapun kata “Tritunggal” ataupun suatu kata yang dapat
diterjemahkan sebagai “Tritunggal”. Akan tetapi, perlu dicatat bahwa ketiadaan
kata “Tritunggal” di dalam Alkitab bukan berarti membuat kita menyimpulkan
bahwa ajaran Tritunggal tidak Alkitabiah. Terdapat suatu sejarah mengapa pada
akhirnya ajaran Kristen merumuskan suatu ajaran yang menjelaskan tentang Allah
yang kita sebut dengan “Allah Tritunggal”. Tentu penjelasan ini semua
dilandaskan kepada kesaksian Alkitab sebab Alkitab adalah sumber dan landasan
kebenaran bagi orang Kristen.
Pada abad-abad pertama dalam
sejarah gereja Kristen, ketika gereja masih berusiaa muda, muncullah sebuah
masalah sebagai berikut:
1. Di satu sisi Gereja mengakui bahwa Tuhan Allah adalah Esa (Bnd. Ulangan
6:4 “Dengarlah, hai orang Israel; TUHAN
itu Allah kita, TUHAN itu esa!”)
2. Akan tetapi di sisi lain, gereja mengakui bahwa Yesus itu adalah Tuhan.
Dari dua pengakuan ini, muncullah suatu permasalahan di mana gereja
harus merumuskan kepercayaannya mengenai Tuhan Allah. Gereja harus merumuskan
ini sebab di dalam upaya penjelasannya, banyak para tokoh-tokoh gereja terjebak
di dalam dua arus pandangan yang secara garis besar dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
1. Pihak yang berpandangan untuk mempertahankan keesaan Allah dengan
melepas ke-tritunggalannya. Artinya, Allah adalah esa, sehingga penyebutan
Bapa, Anak dan Roh Kudus itu hanya sebagai sifat Allah.
2. Pihak selanjutnya adalah yang mempertahankan ketritunggalan Allah,
tetapi melepaskan keesaannya. Artinya, orang yang menekankan bahwa Allah Bapa,
Anak dan Roh Kudus berdiri sendiri-sendiri dan terpisah tanpa ada kesatuan.
Di dalam permasalahan rumusan kepercayaan inilah, para bapa-bapa gereja
bergumul dan berkumpul dalam suatu sidang (disebut juga konsili) untuk
menyelesaikan perbedaan pendapat, dan merumuskan suatu ketetapan ajaran yang
harus diimani, dipedomani sebagai landasan iman Kristen dalam menjelaskan
kepercayaannya tentang Tuhan. Dua konsili yang berfokus dalam membahas
ke-Tritunggal-an Allah adalah konsili Nicea (325 M) dan Konstantinopel (381 M)
yang menghasilkan rumusan pengakuan iman Nicea-Konstantinopel yang berisikan
penjelasan pemahaman iman tentang Allah Tritunggal.
Kesaksian Alkitab tentang ke-Tritunggal-an Allah
Melalui konsili, bapa-bapa Gereja
akhirnya merumuskan pemahaman iman tentang siapa itu Allah dalam rumusan Allah
Tritunggal, yaitu tiga pribadi Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus yang merupakan
satu Hakikat dan satu esensi. Di atas telah disinggung bahwa rumusan ini
didasarkan pada Alkitab sendiri meski dalam Alkitab tidak ditemukan kata
“Tritunggal” ataupun “Trinitas”. Pada
poin ini akan dijelaskan bukti-bukti di dalam Alkitab yang mempersaksikan
ke-Tritunggal-an Allah.
1.
Kesaksian dalam Kitab Perjanjian
Lama
a.
Kejadian 1:1 dalam bahasa asli (bahasa Ibrani) dituliskan
בְּרֵאשִׁית בָּרָא אֱלֹהׅים אֵת חַשָֺּמַיִם וְאֵת הָאָֽרֶץ (baresit
bara Elohim et hassamayim we-et haares). Perlu kita ketahui dahulu bahwa
penulisan Ibrani mengenal bentuk tunggal, dual dan jamak (singular, dual, plural) yang sedikit berbeda dengan bentuk bahasa
Indonesia dan Inggris yang hanya mengenal Singular
(Tunggal) dan Plural (jamak).
Berkaitan dengan ini, dalam susunan kata Ibrani, Elohim merupakan bentuk jamak (lebih dari dua) dari Eloah (אֱלוׄהַּ) dan kata bara
merupakan bentuk kata kerja tunggal. Dari susunan bahasa ini, dalam bahasa
Ibrani, kata kerja tunggal dari subjek jamak hanya berlaku untuk kata Elohim yang menandakan konsep Trinitas
dalam keesaan yang komposit.
b. Ulangan 6:4, yang dalam bahasa aslinya (bahasa Ibrani) dituliskan
שְׁמַע יׅשְׂרָאֵל יְהוָה
אֱלֺהֵינוּ יְהוָה אֶתָד (sema Yisrael Yahweh Elohenu Yahweh ehad).
Kata ehad
dalam kitab ini diterjemahkan dengan satu atau esa. Dalam bahasa Ibrani, ada
dua kata yang melambangkan satu, yaitu ehad
dan yachid. Kata ehad berarti compound unity (kesatuan yang majemuk), sementara yachid berarti keesaan yang absolut.
Contoh dari penggunaan kata ehad
adalah, siang dan malam membentuk satu hari, laki-laki dan perempuan menjadi
satu daging. Jadi ketika Perjanjian Lama mengatakan Allah itu esa, esa yang
dimaksud bukan lah satu secara numerik
c. Beberapa ayat lain yaitu: Kejadian 1:26; 3:22; 11:7. Di dalam
kepenulisan sastra Perjanjian Lama, juga terdapat konsep triad (pengucapan
kepada Allah sebanyak tiga kali) seperti dalam Bilangan 6:24-26, Yesaya 6:3,
Yesaya 9:6.
d. Penampakan tiga tamu Abraham dalam Kejadian 18 dipahami sebagai
penampakan Allah Trinitas.
e. Pada peristiwa penciptaan dalam Kejadian 1:1-3, Allah sang Bapa adalah
pencipta, tetapi Ia tidak tampil sendiri. Bersama-sama dengan Dia hadir juga
Roh Kudus (ay.2) dan Sang Firman (Ay. 3).
f.
Nubuatan Yesaya tentang Yesus Kristus di dalam Yesaya 9:5.
2. Kesaksian dalam Kitab Perjanjian Baru
Secara eksplisit, Perjanjian Baru secara terang
menegaskan kepada kita tentang ke-Tritunggalan Allah yang mempersaksikan
tentang ketiga Pribadi ini secara terpisah-pisah yang menandakan bahwa ini
adalah Pribadi yang berbeda. Beberapa bukti di dalam Alkitab adalah sebagai
berikut:
a.
Matius 3:16-17, dalam peristiwa pembaptisan Yesus, kita melihat ketiga
Pribadi Allah secara Terpisah, yakni Bapa (berkata Yesus adalah Anak-Nya yang
Ia kasihi), Yesus Kristus (Anak Allah), dan Roh Kudus (dalam wujud merpati).
b. Matius 28:19, Yesus menyebutkan secara berbeda Bapa, Anak dan Roh Kudus
dalam formula baptisan.
c. Yohanes 14:16, Yesus akan meminta kepada Bapa agar Roh Kebenaran (Roh
Kudus) menyertai pengikut Kristus.
d. 2 Korintus 13:13, Paulus memberkati jemaat dengan formula; Kasih Karunia
Tuhan Yesus Kristus, Kasih Allah, persekutuan Roh Kudus.
e. 1 Petrus 1:2, Petrus memunculkan ketiga pribadi Allah, yakni Bapa, Yesus
Kristus dan Roh Kudus.
f. Ayat-ayat lainnya: Galatia 4:4-6, 1 Korintus 12:4-6; Efesus 4:4-6;
Kesaksian Alkitab tentang ke-Esa-an Allah Tritunggal
Pada penjelasan sebelumnya sudah
dipaparkan bahwa dalam menjelaskan tentang ke-Tritunggal-an Allah, banyak yang
terjebak dalam lingkup penjelasan yang menekankan tentang tiga pribadi, tetapi
meniadakan keesaan Tuhan. Ada juga yang sebaliknya menekankan keesaan Tuhan,
tetapi meniadakan ketiga pribadi. Itulah mengapa sebelum menjelaskan kesaksian
Alkitab tentang ke-Esa-an Allah Tritunggal, dijelaskan terlebih dahulu
bagaimana Alkitab bersaksi tentang ketiga pribadi ini yang diceritakan dalam
tiga pribadi yang berbeda yang hadir secara bersama-sama. Tujuannya adalah agar
Alkitab sebagai sumber kebenaran yang menjawab sendiri bahwa Allah itu adalah
Esa di dalam tiga Pribadi yang berbeda (Bapa, Anak dan Roh Kudus) yang kita
sebut dengan Tritunggal. Alkitab memberikan kesaksian tentang kesatuan atau
keesaan Allah Tritunggal. Berikut adalah beberapa ayat yang akan dipaparkan
untuk mempersaksikan itu:
Yohanes 14:25-26; Yohanes 15:26; Yohanes 10:30; Yohanes 14:9; Yohanes 16:14-15; 1 Kor. 12:3, dll
Allah Tritunggal: Suatu Perumusan Singkat
Doktrin Tritunggal memang sulit dipelajari karena melampaui rasio manusia. Akan tetapi ini bukan berarti bertentangan dengan rasio manusia. Tiga pribadi bukan berarti tiga Allah, dan satu Allah tidak berarti satu pribadi. Apabila kita mendengar atau membaca berita Alkitab, maka kita akan membaca tentang Allah Bapa (Ul. 32:5; 2 Sam 7:14; Yer 3:19, dll). Bapa telah berfirman kepada bangsa Israel dengan perantaraan para nabi (Ibr. 1:1). Ketika para nabi mengalami penolakan, maka datanglah Ia sendiri di dalam Yesus Krsitus yaitu Firman yang menjadi daging yang datang untuk menjadi manusia (2 Kor. 5:18-19). Setelah Yesus Kristus naik ke surga, maka turunlah Roh Kudus. Ketiganya ini tidak dapat dipisah-pisahkan satu sama lain: salah satu dari yang Tiga itu tidak bertindak lepas satu sama lain dan tidak berada lepas satu sama lain.
Penggambaran Tritunggal dalam bahasa Latin dan Yunani adalah Tres Personae, una Substantia dan Treis Hypostasis, homoousia. Kata ousia dalam bahasa Yunani diterjemahkan sebagai substansi. Dalam bahasa Yunani sendiri, kata ousia ialah apa yang membedakan satu rumpun dengan macam rumpun yagn lain. Contoh: dalam satu rumpun buah mangga. Ousia mangga adalah ciri-ciri yang membedakan mangga dengan jeruk. Sementara kata hypostasis atau persona adalah apa yang membedakan satu individu dengan individu lain, serta memberikan ciri khas kepada individu itu dalam satu rumpun atau satu macam. Contoh, rumpun mangga, tetapi ada jenis mangga golek, mangga madu, mangga harum manis. Maka dari penjelasan ini, ketika kata ousia dan hypostasis itu digunakan untuk menjelaskan keberadaan Allah Tritunggal, dapatlah diterangkan sebagai berikut: Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah tiga hypostasis di dalam satu ousia atau tiga persona di dalam satu substansi, atau tiga oknum di dalam satu zat. Allah tidak terbagi dalam substansinya meskipun berbeda dalam pribadi. Bapa, Anak dan Roh Kudus, ketiganya memang berbeda satu sama lain, tetapi bukan dalam hal substansi.