PENGANTAR KITAB 1 PETRUS
1.1. Latar Belakang Kitab 1 Petrus
Dalam konteks 1 Petrus istilah orang pendatang yang dikenakan kepada
pembaca rupanya merujuk pada orang-orang yang dianggap “asing” dalam
masyarakat. Pada waktu itu, orang yang menjadi Kristen dianggap asing karena
mereka tidak mau bergabung dalam penyembahan berhala, sehingga mereka
dikucilkan dari masyarakat. Istilah itu juga dipakai untuk menunjuk kepada
orang Kristen yang tinggal di dunia sebagai pendatang. Tanah air mereka ada di
surga (1 Ptr. 1:17; 2:11). Jemaat yang disapa 1 Petrus adalah jemaat yang baru
menjadi Kristen (bnd. 1 Ptr. 1:18,23; 2:2,3; 3:9,21; 4:3,4). Jemaat ini
memiliki latar belakang kafir (1:14; 2:9-10; 4:3) dan sekaligus hidup di tengah
lingkungan kafir (2:12; 4:3-4). Kebanyakan anggota jemaat berasal dari
lingkungan bawah dan banyak di antara mereka adalah budak (2:18, dst.) dan para
perempuan yang suaminya kafir (3:1, dst.). Mereka menjadi sasaran penganiayaan
dari masyarakat sekitar mereka (4:12; 2:20; 3:14), difitnah (2:12; 3:9; 4:16)
dan dibawa ke pengadilan (3:15; 4:14-16). Mereka dianiaya karena identitas
Kristen mereka. Dalam situasi yang demikian, penulis mengajak dan meyakinkan
jemaat untuk tabah karena ia yakin bahwa kedatangan Tuhan sudah dekat (1:7;
2:12; 4:5,7,13-15). Sikap ketertundukan dan tabah menanggung ketidakadilan
(2:18-25) memang mengakibatkan penderitaan (3:13-17), tetapi jemaat diminta
agar sabar menanggung penderitaan, sama seperti Kristus yang telah mengalami
penderitaan sampai disalibkan dan mati karena dosa-dosa manusia, tetapi bangkit
demi keselamatan manusia. Oleh karenanya penulis kitab meminta agar jemaat
terus memelihara imannya dalam situasi lingkungan yang tidak bersahabat itu.[1]
Daerah di mana penerima tinggal sama sekali tidak homogen. Kota-kota
pesisir di provinsi-provinsi Asia, Pontus dan Bitinia benar-benar
ter-helenisasi. Kultus Kaisar Romawi telah dimulai dan secara resmi dituntut
dari semua warga negara kecuali orang Yahudi. Ini adalah salah satu faktor dalam
situasi keagamaan yang sangat beragam. Penghormatan masih diberikan kepada dewa
dan dewi mitologi tradisional dalam kehidupan keagamaan resmi kota dan negara
bagian. Secara sosial ada banyak sekali kekayaan dan kemiskinan. Di daerah
pedesaan kondisi feodal berlaku di mana perkebunan besar dikerjakan oleh
gerombolan budak yang besar. Di kota-kota ada ukuran industrialisasi dengan
usaha kecil individu. Sejumlah besar budak dipekerjakan di sini dan di rumah
tangga warga yang lebih kaya; budak ini sering berpendidikan baik atau terampil
dalam perdagangan. Secara keseluruhan dalam periode ini kekristenan ditemukan
sebagian besar di kota-kota, sebuah fenomena perkotaan. Dari surat itu kita
belajar sedikit tentang susunan gereja-gereja. Budak dibahas dalam 2:18-25,
tetapi tidak ada instruksi etis langsung dari tuan; penulis tidak berani
berasumsi bahwa tidak ada tuan dalam jemaat karena 2:13-17 ditujukan untuk
orang bebas yang mungkin memiliki tugas sipil; apalagi apa yang dikatakan
tentang istri dalam 3:1-6 menunjukkan bahwa beberapa orang bagaimanapun juga
kaya.[2]
Kepenulisan kitab penting untuk dibahas dan diputuskan karena berkenaan
dengan periode, tempat penulisan dan juga dengan konteks surat 1 Petrus
sendiri. Penulis kitab ini memperkenalkan dirinya sebagai “Petrus rasul Yesus
Kristus” (1 Ptr. 1:1). Yang dimaksud di sini adalah Simon Petrus yang biasa
disebutkan sebagai orang pertama dalam daftar rasul-rasul. Irenius, dalam
bukunya “Against Heresies” (200 M),
menyebut Rasul Petrus sebagai penulis surat ini.[3]
Sejak saat itu tidak pernah secara serius diragukan bahwa 1 Petrus ditulis oleh
rasul Petrus di kota Roma sekitar 60-64 M.[4]
Ada beberapa alasan untuk menerima pandangan mengenai kepenulisan surat 1
Petrus. Pertama, banyak ajaran di
dalamnya sesuai dengan apa yang kita harapkan dari seorang murid Yesus. Banyak
hal yang kelihatannya menggemakan ajaran Yesus sendiri.[5]
Kedua, ada sejumlah hubungan antara
surat 1 Petrus dengan khotbah-khotbah Petrus dalam Kisah Para Rasul.[6]
Singkatnya, menurut Archibald M. Hunter – penulis setuju dengan
pendapat ahli ini – mengatakan bahwa surat 1 Petrus telah diterima sejak awal
mula kekristenan dan juga tidak ada keberatan yang diajukan terhadap
kepengarangan Petrus yang dapat dipertahankan. Karena itu, kita dapat dengan
aman menerima tradisi yang menghubungkan surat ini dengan rasul Petrus. Hanya
saja, menurut Hunter lebih lanjut bahwa Silvanus memiliki andil besar karena
Petrus menulis surat dengan bantuan Silvanus karena mengingat bahwa Petrus mungkin
tidak memiliki kecakapan berbahasa Yunani. Maka Silvanus berperan sebagai
sekretaris Petrus dalam hal ini.[7]
Meskipun tidak dapat dibuktikan siapa yang menulis atau siapa yang tidak
menulis surat ini, surat ini tidak berkurang nilainya bagi iman jika bukan
Petrus yang menulisnya, atau lebih berharga bagi iman bila ia yang menulis.[8]
Kesimpulannya adalah penulis mempertahankan tradisi yang mengatakan bahwa 1
Petrus ditulis oleh Simon Petrus, rasul Yesus Kristus, dengan bantuan Silvanus
yang berperan sebagai sekretaris dan yang membantu Petrus dalam menulis
suratnya.
1.3.
Waktu dan Tempat Penulisan Kitab 1 Petrus
Jika Petrus adalah penulis surat ini, mungkin surat itu bertanggal
tahun terakhir hidupnya, pada 60-an.[9]
Lebih tepatnya bahwa penulisan surat ini yakni pada masa penganiayaan
orang-orang Kristen yang dimulai oleh Kaisar Nero pada 64 atau 65 M. Gambaran
penganiayaan dalam 1 Petrus 1:7 dan 5:8 mungkin mengacu pada
peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan penganiayaan oleh Nero itu sendiri.
Lagipula, pembaca surat agaknya terkejut ketika mereka dianiaya (1 Ptr. 4:12).
Jikalau surat ini ditulis setelah masa penganiayaan Nero, mestinya mereka
menganggap bahwa hal penganiayaan itu sebagai sesuatu yang lumrah. Jadi dapat
disimpulkan bahwa surat 1 Petrus ditulis pada tahap awal penganiayaan Nero
terhadap orang Kristen. Memang tidak ada bukti yang pasti bahwa penganiayaan
itu akhirnya menyebar ke Asia Kecil. Tetapi meskipun penganiayaan itu tidak
menyebar ke sana, penganiayaan resmi di Roma pasti akan memberi dorongan kepada
orang-orang di tempat lain untuk menganggap hina orang-orang Kristen di
kota-kota mereka tinggal.[10]
Tempat penulisan surat ini juga sulit ditentukan dengan pasti. Menurut
keterangan 1 Petrus 5:13, surat ini ditulis di Babilon. Ada dua tempat yang
biasanya disebut dengan Babilon dalam PB. Pertama, Babel yang terletak di
pinggir sungai Efrat di Mesopotamia. Akan tetapi tidak ada informasi tentang
Petrus pernah pergi ke sini. Kedua, maksud kota Babilon adalah kota Roma. Di
kalangan orang Yahudi dan Kristen, kota Roma dijuluki (diejek) sebagai Babilon
karena lambang segala kejahatan yang melawan Allah. Jika informasi dari surat
ini dapat diterima, ini berarti bahwa dapat dikatakan 1 Petrus ditulis di kota
Roma.[11]
Penulis menyimpulkan bahwa Surat 1 Petrus ditulis di kota Roma pada periode
antara 64-65 M pada masa awal penyiksaan yang dilakukan kepada orang Kristen
oleh kaisar yang memerintah pada saat itu, yakni Nero.
1.4.
Permasalahan Jemaat dalam Konteks 1 Petrus
Isi surat ini menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi di antara
orang-orang Kristen yang bukan keturunan Yahudi. Mereka telah menjadi umat
Allah, tetapi masyarakat di sekitar tempat tinggal mereka masih menyembah
berhala, menentang pemberitaan kabar baik tentang Yesus Kristus. Pada zaman itu
orang percaya disiksa (1:5-9; 4:12-19). Orang-orang Kristen pada masa itu
mungkin sekali dianiaya oleh kelompok masyarakat yang menyembah berhala. Mereka
mungkin dianiaya oleh para pemimpin dari apa yang disebut agama misteri karena
wibawa mereka perlahan-lahan dihancurkan oleh ajaran Kristen yang menentang
perzinahan dan penurutan hawa nafsu. Mungkin juga mereka dianiaya oleh keluarga
dari orang yang menjadi Kristen itu. Ada juga kemungkinan orang-orang Kristen
pada masa iu juga disiksa oleh bekas teman-teman mereka. Teman-teman mereka
berbalik menghina, mengejek, memandang rendah dan mempermalukan mereka, karena
mereka tidak lagi melakukan perbuatan-perbuatan bodoh dan jahat seperti yang
dilakukan para penyembah berhala (2:11-12; 3:13-17; 4:3-4).[12]
Permasalahan yang dialami oleh orang-orang Kristen yang disebutkan dalam 1
Petrus ini menjadi satu alasan mengapa Petrus menuliskan surat ini kepada
mereka agar jangan sampai orang-orang Kristen merasa bahwa penderitaan ini
adalah sesuatu yang harus dihindari, dan agar tidak sampai kepada satu tindakan
yang fatal, yakni menanggalkan iman mereka. Sukacita dan ucapan syukur di
tengah-tengah penderitaan merupakan satu anjuran yang diberikan Petrus untuk
jemaat agar kuat dalam menghadapi penderitaan sebab akan ada kemuliaan yang
menanti bagi yang setia ikut serta dalam penderitaan Kristus.
1.5.
Maksud dan Tujuan Penulisan Kitab 1 Petrus
Target
sebenarnya dari surat 1 Petrus adalah memberi nasehat kepada jemaat agar
berdiri teguh menghadapi penderitaan dan perburuan terhadap orang Kristen.[13] Dalam surat ini, Petrus mengingatkan jemaat bahwa penderitaan mereka
adalah bukti kemurnian iman mereka. Penderitaan itu menjamin mereka bahwa
mereka akan memperoleh kemuliaan di sorga (1:6-7; 4:1; 4:14). Dalam pasal
2:21-23, Petrus menegaskan bahwa Kristus telah menderita untuk mereka dan telah
meninggalkan “teladan” bagi mereka supaya mereka mengikuti jejak-Nya. Sebab,
sebagai para pengikut Kristus, mereka harus mengikuti contoh yang telah dilakukan
oleh Guru mereka. Karena Yesus telah menderita, maka sebagai pengikut-Nya
mereka juga menderita. Dan sama seperti Kristus menderita untuk membawa
keselamatan kepada manusia, maka dalam penderitaan orang Kristen juga akan
membawa orang kepada Kristus. Hanya saja, Kristus menderita tanpa dosa (1:9).
Petrus mengingatkan jemaat yang ia sapa agar sekalipun mereka menderita, mereka
tetap setia kepada-Nya. Sebagai umat yang telah dipanggil dan dipilih, mereka
dilarang untuk membalas orang yang menganiaya mereka dengan kejahatan,
melainkan memberkati (3:9). Petrus mengatakan bahwa dengan ikut serta dalam
penderitaan Kristus, mereka akan dibawa kepada sukacita pada hari
kedatangan-Nya ketika kemuliaan-Nya dinyatakan (4:13).[14] Satu-satunya hasrat dan tujuan penulis kitab ini adalah untuk
menguatkan pembaca di dalam penderitaan agar jangan tawar hati. Terdapat pula
ajakan untuk mengikut Yesus dalam penderitaan (2:21; 4:1), dan dalam kehidupan
(1:13-16; 2:1), bukan dengan sikap takut dan gentar (3:14). “Sebaliknya,
bersukacitalah sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus”
(4:13). Alasan kehidupan seperti itu bukanlah supaya kita memperoleh mahkota –
keselamatan itu adalah pemberian – melainkan supaya dengan melakukan panggilan
kita itu dalam kehidupan sehari-hari, nama Allah dimuliakan di dalam dan di
luar gereja (4:11; 2:12; 3:1,2).[15] Sesuai dengan pengakuan penulis sebagai martir, penulis memberi nasehat
kepada para pembaca demikian: pertama,
janganlah tawar hati untuk menghadapi penderitaan, sedangkan kebangkitan
Kristus sebagai jaminan. Kedua,
mengikut Kristus dalam penderitaan dan dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga, bersukacita dalam penderitaan
dalam Kristus.[16]
Guna mendapatkan
garis besar dari tulisan 1 Petrus ini secara keseluruhan, serta melihat dan
memperkaya struktur kitab 1 Petrus, maka di sini penulis mencoba
memperbandingkan dua struktur kitab 1 Petrus menurut para ahli, yaitu:
Struktur pertama diambil berdasarkan buku Tafsiran
Matthew Henry[17]
Pasal 1
I.
Salam Pembuka (1:1-2)
II.
Hak-Hak Istimewa Orang Kristen (1:3-12)
III.
Kewaspadaan dan Kekudusan: Nasehat untuk Menjalin Kasih
Persaudaraan (1:13-23)
IV.
Sia-sianya Manusia Duniawi (1:24-25)
Pasal 2
I.
Peringatan terhadap Kejahatan dan Kemunafikan (2:1-3)
II.
Batu yang Hidup: Peringatan terhadap Hawa Nafsu (2:4-12)
III.
Perihal Warga Negara: Sikap sebagai Hamba (2:13-25)
Pasal 3
I.
Kewajiban-kewajiban Suami-Istri (3:1-7)
II.
Kewajiban-kewajiban terhadap Kawan dan Lawan (3:8-15)
III.
Hati Nurani yang Murni dan Hidup yang Saleh (3:16-17)
IV.
Penderitaan-penderitaan Kristus (3:18-20)
V.
Baptisan Kristiani (3:21-22)
Pasal 4
I.
Mematikan Keinginan Dosa (4:1-3)
II.
Penghiburan bagi Hamba-hamba Allah (4:4-6)
III.
Penguasaan Diri, Ketekunan dalam Doa, dan Kasih:
Pemanfaatan Karunia (4:7-11)
IV.
Ketabahan dan Sikap Hati-hati: Nasehat Kepada Orang-orang
Kristen yang Menderita (4:12-19)
Pasal 5
I.
Nasehat bagi Para Penatua (5:1-4)
II.
Nasehat untuk Merendahkan Hati (5:5-7)
III.
Perintah mengenai Penguasaan Diri dan Kewaspadaan (5:8-9)
IV.
Doa Rasul Petrus (5:10-14)
Adapun struktur
kedua diambil berdasarkan pandangan John H. Elliot[18]
1:1-2 Informasi Penulis
Surat
1:3-2:10 Orang-orang
percaya dilahirkan kembali dan dipilih dan menjadi orang
orang kudus
1:3-12 Pujian Bagi Allah atas keselamatan oleh anugerah-Nya
1:13-21 Harapan dan kekudusan anak-anak Tuhan
1:21-25 Kekeluargaan dan kelahiran kembali berdasarkan Injil
2:1-3 Membuang segala kejahatan: Nutrisi rohani dan
pertumbuhan rohani
2:4-10 Pemilihan dan penolakan: Kristus, orang percaya, orang
tidak percaya,
konsolidasi,
dan kehormatan rumah tangga untuk Tuhan
2:11-12 Peralihan: Pendatang dan
perantau harus menjaga perilaku yang baik di
tengah-tengah
bangsa yang bukan Yahudi demi kemuliaan Allah
2:13-3:12 Sikap hormat kepada para
pemimpin dan masyarakat
2:13-17 Sikap hormat kepada lingkungan masyarakat
2:18-25 Sikap hormat kepada situasi lingkungan: pembantu rumah
tangga dan
hamba
Tuhan
3:1-7 Sikap hormat kepada situasi lingkungan: sikap tunduk
seorang istri dan
menghormati
suami
3:8-12 Sikap hormat kepada para pemimpin dan masyarakat:
Nasehat Penutup
3:13-4:6 Melakukan yang benar
dalam menghadapi permusuhan
3:13-17 Melakukan yang benar meski menderita bukan karena
kesalahan
3:18-22 Kristus yang benar yang menderita: penderitaan, Kematian
dan
kebangkitan-Nya
sebagai dasar untuk keselamatan dan pembenaran
orang
percaya
4:1-6 Penghukuman Allah atas orang-orang berdosa dan
pembenaran orang
orang
beriman
4:7-11 Menjaga persekutuan
jemaat untuk kemuliaan Tuhan
4:12-5:11 Sukacita dan solidaritas
dalam penderitaan, persatuan persekutuan, dan
kepercayaan
kepada Tuhan
4:12-19 Menderita melakukan yang benar sebagai sukacita dalam
solidaritas
penderitaan
Kristus dan kemuliaan bersama Tuhan
5:1-5a menjaga kesatuan persekutuan: penatua yang bertanggung
jawab
5:5b-11 Kerendahan hati, melawan iblis dan percaya pada kekuatan
dan
pemeliharaan
Allah
5:12-14 Tambahan
penulis/Penutup penulis
1.7.
Daftar Pustaka
Arichea, Daniel C.
dan Nida, Eugene A. Pedoman Penafsiran
Alkitab: Surat Petrus yang Pertama. Jakarta: LAI-Yayasan Karunia Bakti
Budaya, 2013.
Best, Ernest, The New Century Bible Commentary: I Peter,
Matthew Black (Ed.). Grand Rapids: Eerdmans Publishing, 1977.
Brown, Raymond E.
et.al. Peter in the New Testament. Minneapolis:
Augsburg Publishing House, 1973.
Drane, John, Memahami Perjanjian Baru: Pengantar
Historis-Teologis. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003.
Duyverman, M.E. Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru. Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2015.
Elliot, John H. The Anchor Yale Bible: 1 Peter. London:
Yale University Press, 2000.
Groenen, C. Pengantar ke dalam Perjanjian Baru. Yogyakarta:
Kanisius, 2000.
Hakh, Samuel
Benyamin, Perjanjian Baru: Sejarah,
Pengantar dan Pokok-pokok Teologisnya. Bandung: Bina Media Informasi, 2010.
Henry, Matthew, Tafsiran Matthew Henry: Surat Ibrani,
Yakobus, 1&2 Petrus, 1-3 Yohanes, Yudas, Kitab Wahyu. Surabaya:
Momentum, 2016.
Hunter, Archibald
M. “The First Epistle of Peter: Introduction” dalam The Interpreter’s Bible: A Commentary in Twelve Volumes Vol. XII:
James, Peter, John, Jude, Revalation General Articles Index, George Arthur
Butrick (Ed). Nashville: Abigdon
Press, 1957.
Neyrey, Jerome H. “1
Petrus” dalam Tafsir Alkitab Perjanjian
Baru, Dianne Bergant dan Robert J. Karris (Ed). Yogyakarta: Kanisius, 2002.
S. Brotosudarmo, R.M.
Drie, Pengantar Perjanjian Baru: Memahami
Penulis, Tahun Penulisan, Maksud dan Tujuan Masing-masing Kitab dalam
Perjanjian Baru. Yogyakarta: Andi, 2017.
[1] Samuel Benyamin Hakh, Perjanjian Baru: Sejarah, Pengantar dan
Pokok-pokok Teologisnya (Bandung: Bina Media Informasi, 2010), 329-332.
[2] Ernest Best, The New Century Bible Commentary: I Peter,
Matthew Black (Ed.) (Grand Rapids: Eerdmans Publishing, 1977), 16-17.
[3] Samuel Benyamin Hakh, Perjanjian Baru: Sejarah, Pengantar dan
Pokok-pokok Teologisnya, 327.
[4] C. Groenen, Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta:
Kanisius, 2000), 346.
[5] Berdasarkan yang
dijelaskan oleh John Drane, persamaan-persamaan antara pengajaran Yesus dan
Petrus adalah sebagai berikut: Orang Kristen harus memiliki sikap berjaga dan
waspada (Luk. 12:35 Bnd. 1 Ptr. 1:13); Hak memanggil Allah sebagai “Bapa” (Luk.
11:2 Bnd. 1 Ptr 1: 17); Perilaku orang Kristen harus membuat orang tidak
beriman memuji Allah (Mat. 5:16 Bnd. 1 Ptr 2:12); Tidak membalas kejahatan
dengan kejahatan (Luk. 6:28 Bnd. 1 Ptr. 3:9); Menderita karena melakukan
kehendak Allah (Mat. 5:10 Bnd. 1 Ptr. 3:14); Pertanggungjawaban pada Allah di
hari penghakiman (Mat. 12:36 Bnd. 1 Ptr. 4:5); Bergembira karena dihina sebagai
pengikut Kristus (Mat. 5:11 Bnd. 1 Ptr. 4:14); Sifat kerendahan Hati (Luk.
14:11 Bnd. 1 Ptr 5:6); Orang Kristen tidak perlu kuatir karena Allah memelihara
(Mat. 6:25-27 Bnd. 1 Ptr. 5:7). Lih. John Drane, Memahami Perjanjian Baru: Pengantar Historis-Teologis (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2003), 491.
[6] John Drane, Memahami Perjanjian Baru: Pengantar Historis-Teologis, 492.
[7] Archibald M. Hunter, “The
First Epistle of Peter: Introduction” dalam The
Interpreter’s Bible: A Commentary in Twelve Volumes Vol. XII: James, Peter,
John, Jude, Revalation General Articles Index, George Arthur Butrick (Ed) (Nashville: Abigdon Press, 1957),
80.
[8] Jerome H. Neyrey, “1
Petrus” dalam Tafsir Alkitab Perjanjian
Baru, Dianne Bergant dan Robert J. Karris (Ed) (Yogyakarta: Kanisius, 2002), 445.
[9] Raymond E. Brown, et.al.,
Peter in the New Testament (Minneapolis:
Augsburg Publishing House, 1973), 149-150.
[10] John Drane, Memahami Perjanjian Baru: Pengantar Historis-Teologis, 492.
[11] Samuel Benyamin Hakh, Perjanjian Baru: Sejarah, Pengantar dan
Pokok-pokok Teologisnya, 329-330.
[12] Daniel C. Arichea dan
Eugene A. Nida, Pedoman Penafsiran
Alkitab: Surat Petrus yang Pertama (Jakarta: LAI-Yayasan Karunia Bakti
Budaya, 2013), 1.
[13] Archibald M. Hunter “The
First Epistle of Peter: Introduction” dalam The
Interpreter’s Bible Vol. XII: James, Peter, John, Jude, Revalation General
Articles Index, George Arthur Buttrick (Ed.), 82.
[14] Samuel Benyamin Hakh, Perjanjian Baru: Sejarah, Pengantar dan
Pokok-pokok Teologisnya, 336.
[15] M.E. Duyverman, Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015), 181.
[16] R.M. Drie S.
Brotosudarmo, Pengantar Perjanjian Baru:
Memahami Penulis, Tahun Penulisan, Maksud dan Tujuan Masing-masing Kitab dalam
Perjanjian Baru (Yogyakarta: Andi, 2017), 256.
[17] Matthew Henry, Tafsiran Matthew Henry: Surat Ibrani,
Yakobus, 1&2 Petrus, 1-3 Yohanes, Yudas, Kitab Wahyu (Surabaya:
Momentum, 2016), vii-viii.
[18] John H. Elliot, The Anchor Yale Bible: 1 Peter (London:
Yale University Press, 2000), 82-83.