Minggu 21 Set. Trinitatis, 6 November 2022 (Mzm. 145:17-21)
"BERDIRI TEGUH DALAM AJARAN KRISTUS"
PENDAHULUAN
Siapakah manusia yang lepas dari
penderitaan? Siapakah manusia yang tidak memiliki penderitaan? Siapakah yang
hidupnya senang, tenang, tanpa masalah, tanpa beban, semuanya berjalan lancar
sesuai dengan keinginan dan kenyamanan hatinya? Jawabannya sudah pasti tidak
ada. Daud, yang adalah seorang raja, pilihan Tuhan, juga memiliki masalah
hidup. Hidupnya tidak mulus dan lancar tanpa masalah. Judul perikop ini adalah “Puji-pujian
karena Kemurahan Tuhan”. Tapi pertanyaannya, mengapa ia mengumandangkan
nyanyian syukur, ungkapan kebahagiaan imannya? Apakah yang menjadi latar
belakangnya? Jawabannya adalah pada pasal 140-143, Daud berada dalam pencobaan,
yakni dikelilingi orang jahat yang mengejar-ngejar dirinya dan menginginkan nyawanya.
Dalam konteks ini, Daud sedang dikejar-kejar oleh Saul dengan maksud
membinasakan Daud sebab ia ditunjuk sebagai pengganti Saul (Bnd. 1 Sam. 19-26).
Jikalau kita memposisikan diri dengan apa yang dialami Daud, mungkin tidak bisa
kita bayangkan bagaimana mencekamnya, bagaimana menakutkannya dan bagaimana
tegangnya situasi ketika kita diincar dan diburu seseorang untuk membunuh kita.
Dalam cerita pengejaran Saul terhadap Daud, Alkitab mengisahkan Daud dua kali
mendapat kesempatan untuk membunuh Saul, tetapi ia tidak melakukannya. Mengapa?
Sebab ia teguh dengan kebenaran dan ajaran Allah. Inilah Tema yang sampai
kepada kita, yaitu “Berdiri Teguh dalam Ajaran Kristus. Belajar dari Tokoh
Daud, ajaran yang ia pegang teguh dalam imannya, pertama dan paling utama,
ia selalu menjadikan Tuhan sebagai sumber kekuatan, tempat perlindungan,
penyelamat jiwa dan sumber kehidupan serta gembala bagi dirinya, meski di
tengah penderitaan yang ia alami. Pertanyaannya, bagaimana dengan kita?
Goyahkah dalam pergumulan hidup? Ragukah kepada Tuhan dalam pergumulan yang
kita alami?
PENJELASAN NATS
Melalui nas khotbah ini, Mazmur
145:17-21 dijelaskan alasan mengapa kita harus senantiasa berpegang teguh dalam
ajaran Kristus dan tidak boleh ragu sedikit pun meski dalam penderitaan
sekalipun:
Pertama, Tuhan itu adil dan penuh kasih
(Ay. 17). Kadang kala, saat situasi benar-benar
rumit, saat manusia benar-benar tertekan dan merasa di titik terendah dalam
hidupnya, sangat sulit untuk merasakan kuasa cinta kasih Tuhan. Tetapi,
sepertinya sama saja sulitnya bagi manusia untuk mensyukuri kebaikan Tuhan saat
hidupnya dalam keadaan senang tanpa ada masalah. Daud sungguh berbeda. Dalam
imannya, ia senantiasa berpegang teguh terhadap “keadilan dan kasih Allah dalam
suka dan duka”. Tuhan itu adil dalam jalan-Nya, melalui ini Daud
mencerminkan sikap kepasrahan diri. Meski dalam penderitaan, ia tahu Allah
telah merencanakan segala sesuatunya bagi dirinya. Sehingga keadilan Allah
digambarkan Daud pada kalimat selanjutnya, Allah penuh kasih dalam
perbuatan-Nya. Kasih Allah yang adil, serta pengakuan Daud bahwa Allah
adalah gembalanya (Mzm. 23), menjadi alasan Daud mampu berdiri teguh dalam
imannya. Dalam suka maupun duka, Daud tetap mampu mengatakan Allah adil dan
penuh kasih meski nyawanya terancam. Terbukti, Allah menolong dia di saat yang
tepat pada waktu yang tepat.
Kedua, sebab Allah itu dekat pada yang
berseru (Ay. 18). Daud sendiri berpegang teguh pada
iman dan keyakinannya bahwa Allah itu dekat pada umat-Nya yang berseru. Daud dalam
hidupnya mengalami banyak tantangan dan pergumulan, tetapi dalam setiap nyanyian
(mazmur) nya, berulang kali juga ia menyatakan “Tuhan menolongku,
menyelamatkanku” (contoh: Mzm. 6:9-10; 18:7; 28:6). Bagi Daud Allah itu sangat
dekat. Perjumpaannya dengan Tuhan dalam pergumulannya, dan ketika dia menyadari
kebesaran kuasa kasih Tuhan dalam langkah kehidupannya, membuatnya mampu
menjaga, berdiri teguh dan setia akan imannya kepada Tuhan. Dalam Matius 7:7
Yesus mengatakan jika kita meminta, kita diberi, kita mencari maka kita akan
mendapat, ketuklah maka pintu akan dibukakan bagi kita. Tetapi apa yang
dikatakan Daud selanjutnya? Tuhan dekat pada yang berseru, yang berseru
kepada-Nya dalam kesetiaan. Daud menekankan dalam kesesakannya ia hanya berseru kepada-Nya (Allah). Bukan
kepada kekuatan dunia. Berseru hanya kepada Tuhan saja, berarti dengan hati dan
iman kita mengaku bahwa hanya kuasa Allah yang mampu menyelamatkan. Daud tidak
mengandalkan kuasa lain selain Allah, TUHAN yang mahakuasa. Kata kesetiaan berarti
konsisten dalam menanti dan menunggu, dan konsisten dalam mengutamakan Tuhan.
Matius 6:33 mengatakan cari dahulu kerajaan Allah. Mengutamakan Allah, mencari
Allah terlebih dahulu, mengucap syukur kepada Allah untuk mengawali hari karena
berkat-Nya, itulah kesetiaan yang dimaksud.
Ketiga, sebab Allah mendengar dan
menjaga umat-Nya (Ay. 19-20). Kata Allah melakukan
kehendak mereka yang takut akan Dia bukan berati bahwa manusia dapat
semena-mena mengatur Tuhan sesuai keinginan hati manusia. Mereka yang takut
akan Tuhan tahu bahwa manusia harus menundukkan kehendak (egonya) kepada
kehendak Allah. Inilah memikul salib. Sehingga orang yang takut akan Tuhan,
akan meminta sesuatu yang sesuai dengan kehendak Allah. Jika sudah demikian,
Allah akan menghendaki kehendak manusia yang sesuai dengan kehendak Allah. Jadi
meski kalimatnya demikian, tetap otoritas kehendak mutlak milik Allah bukan
milik manusia. Mendengarkan minta tolong dalam pujian Daud ini, ia
hendak mengatakan Allah yang ia sembah adalah Allah yang hidup, yang maha
mendengar. Allah yang peduli terhadap ciptaan-Nya, yang tidak membiarkan
manusia berjalan sendiri. Allah yang memberikan kekuatan, penghiburan dan yang
memampukan manusia melewati setiap permasalahan hidupnya. Sungguh luarbiasa
keteguhan Daud dalam imannya yang mempersaksikan Allah itu hidup, dan Allah itu
peduli atas persoalan yang kita hadapi. Kata menjaga orang yang
mengasihi-Nya menandakan bahwa Allah benar-benar mau hadir dalam pergumulan
manusia dan menguatkan manusia dengan kuasa-Nya. Kita mengasihi Allah sebab
Allah terlebih dahulu mengasihi kita. Bukan sebaliknya. Bukan karena manusia
mengasihi Allah sehingga Allah mengasihi kita. Sebab sejak semula, Allah yang
oleh kasihnya ingin selalu menyelamatkan manusia meski manusia telah jatuh
dalam dosa agar kita tidak binasa (Yoh. 3:16).
REFLEKSI
Permasalahan akan datang silih berganti bahkan tidak akan ada habis-habisnya. Daud, dalam perjalanan hidupnya, mengalami permasalahan silih berganti. Namun ia tetap teguh dalam ajaran Tuhan. Berdiri teguh dalam ajaran Kristus berarti meneladani Kristus dan mengikuti Kristus dalam segala hal. Teguh berarti tidak goyah. Dalam suka maupun duka, tidak goyah terhadap iman dan pengajaran Kristus. Dalam senang tidak hanyut karena kebahagiaan dan melupakan Tuhan, dalam duka tidak buta oleh kesukaran sehingga sulit mengakui Tuhan selalu ada menolong. Seperti Daud yang mengaku tongkat Tuhan dan gada Tuhan yang menuntun dia dalam lembah kekelaman, demikianlah harusnya kita berpegang teguh pada ajaran Kristus. Tongkat itu adalah Roh Kudus yang menuntun kita, gada itu adalah Firman Tuhan yang mengingatkan dan meluruskan kita. Jadi manusia hanya akan mampu berpegang teguh pada ajaran Kristus saat ia menyerahkan dirinya dituntun oleh firman Allah, dan dikoreksi terus menerus oleh Roh Kudus. Itulah kunci keberhasilan Daud menghadapi kesukaran, dan itulah rahasia bagi kita untuk kuat dalam pergumulan dan permasalahan.