Minggu 19 Set. Trinitatis, 23 Oktober
2022 (2 Tim. 2:1-13)
PENDAHULUAN
Seorang prajurit yang baik adalah yang patuh
terhadap perintah atasan (sebagai kepala). Ia harus melakukan setiap komando
yang diberikan oleh atasannya, persis seperti apa yang atasannya perintahkan,
dan tidak boleh melakukan hal yang di luar perintah atasan tersebut. Dengan
demikian, prajurit dapatlah disebutkan sebagai prajurit yang baik karena
mengikuti instruksi atasan dengan baik dan benar. Gambaran hubungan prajurit
ini terlihat dalam ajaran kita yang mengatakan bahwa “Yesus adalah Kepala
Gereja”. Panggilan yang diberikan kepada kita melalui nats ini adalah “Ikut
Menderita”. Pertanyaannya, mengapa kita harus menderita meski telah percaya
kepada Tuhan? Paulus memberikan jawaban pada pasal yang pertama bahwa kita
menderita karena kita bersaksi dan beriman kepada Kristus (bandingkan juga
dengan 2 Tim. 2:9-10). Bahkan Paulus sendiri sedang berada dalam kondisi yang
menderita ketika memberikan nasihat ini kepada Timotius karena Paulus sedang
berada di dalam penjara karena pemberitaan firman (Ay. 9). Jadi penderitaan
pada kontes ini bukan berbicara tentang penderitaan karena dosa, tetapi karena “Mengikut
Kristus” dan melakukan kehendak Kristus. Kristus adalah pokok, dan kita adalah
carangnya, oleh karena itu dalam memenuhi panggilan ini, hendaknya orang
bekerja sesuai dengan imannya dalam menyatakan kehendak dan kasih Kristus di
tengah-tengah dunia untuk memenuhi panggilan Kristus dan menyatakan pekerjaan
kasih Allah di tengah-tengah dunia ini.
Panggilan menderita sebagai pengikut Kristus,
bukanlah penderitaan karena dosa, tetapi karena mengikuti kehendak Kristus dan
menjadi seperti Kristus di tengah-tengah dunia. Ada Tiga poin penting agar kita
memahami tema nats ini.
Poin Pertama, Alasan Panggilan untuk
Menderita. Ada beberapa penjelasan di dalam Alkitab mengenai penderitaan, dan
mengapa manusia mengalami penderitaan. Alasan pertama karena manusia berbuat
dosa (Kej. 3). Kejatuhan manusia ke dalam dosa membuat manusia harus mengalami
sakit, kesusahan dalam mencari nafkah, dan lebih parah harus mati secara rohani
karena manusia telah terpisah dari Allah sehingga upah yang pantas bagi manusia
hanyalah maut (Rm. 3:23). Alasan kedua, karena Tuhan mengizinkan itu terjadi.
Dalam kitab Ayub dengan jelas Allah memberikan izin kepada Iblis untuk mencobai
Ayub berbagai penderitaan. Tetapi perlu digarisbawahi bahwa Allah mengizinkan
penderitaan, tetapi bukan berarti menjadi sumber penderitaan itu. Alasan ketiga,
untuk menjadi sarana penyataan kemuliaan Allah. Kisah orang buta (Yoh. 9)
khususnya Yoh. 9:3 jelas mengatakan bahwa penderitaan dapat menjadi sarana
penyataan kemuliaan Allah. Alasan keempat, prajurit Kristus haruslah menderita
agar imannya teruji dan semakin kuat dan kokoh (Bnd. 1 Ptr. 4:12). Dengan
demikian, panggilan untuk menderita bagi setiap orang percaya hendaknya bukan
disebabkan oleh dosa, tetapi disebabkan oleh jalan iman mengikut Kristus, agar
oleh penderitaan ini kita dikuatkan, dimurnikan, dan agar nyata kasih Allah
melalui panggilan ini. Sebab Kristus telah terlebih dahulu menderita bagi kita,
oleh karena itu kita juga harus ikut menderita di jalan Kristus dalam
menyebarkan kabar baik dan kebenaran.
Poin Kedua, Bagaimana Sikap Prajurit Kristus
yang Menderita. Setelah mengetahui poin penting mengapa kita dipanggil untuk
ikut menderita, tentulah hal yang dapat kita pelajari dari nats ini adalah
bagaimana seharusnya sikap kita dalam ikut menderita di dalam Kristus? Dalam
nats ini dapat kita lihat sikap yang harus kita bangun, pertama adalah
Memusatkan hidup pada Kristus (Ay. 4). Sikap ini perlu dibangun karena dengan
demikian, kepasrahan penuh dan kebergantungan manusia pada pertolongan Tuhan
akan nyata. Prajurit dapat berjuang, sebab ia percaya akan perintah komandan. Bagaimana
dengan orang percaya? Akankah di dalam kepasrahan penuh mengikut Kristus sebab
percaya terhadap-Nya? Sikap kedua adalah Taat (Ay. 5). Paulus menggambarkan
sikap ini sebagai seorang olahragawan. Olahragawan memiliki jiwa sportif,
menjunjung tinggi aturan pertandingan, dan memiliki ketekunan dalam setiap
latihan meski harus lelah dan kadang kala kesakitan. Sikap ini dalam
keberimanan adalah sikap yang Taat. Taat dalam meneladani Kristus meski kadang
sulit, taat dalam perintah Kristus sebab itulah hukum dan aturannya. Maka, jika
Paulus menggambarkan kita sebagai “Olahragawan iman”, berlatih dan
bertandinglah di dalam ketaatan seorang “olahragawan sejati”.
Poin Ketiga, Hasil dari Penderitaan sebagai
Pengikut Kristus. Penderitaan oleh karena dosa, hanya akan menimbulkan
kesedihan, kesakitan, penyesalan, dan kehilangan sukacita. Ini sudah pasti,
tidak dapat ditawar-tawar. Akan tetapi jika menderita karena mengikut Kristus,
apakah yang akan kita terima? Nats ini menjelaskan: Pertama: Kita mendapatkan
pengertian (Ay. 7). Sulit memang untuk memahami segala sesuatu hal yang terjadi
apalagi jika itu berhubungan dengan penderitaan, dukacita maupun kesusahan.
Akan tetapi, Paulus di dalam penderitaannya mengatakan, Ia akan memberikan
pengertian agar kita mengerti maksud Tuhan dalam situasi sulit. Kedua: Kita
memperoleh keselamatan (Ay. 9-12). Setelah Paulus mengerti maksud Allah di
dalam proses penderitaannya dalam menyatakan Kristus, maka ia mampu bersabar
(bertahan) dalam penderitaannya sebab ia tahu, bahwa keselamatan Kristus telah
ada padanya. Lebih menggembirakan lagi, jikalau orang lain mendapatkan
keselamatan di dalam Kristus Yesus oleh pemberitaan kita. Ketiga: Allah beserta
kita selamanya (Ay. 13). Sangat manusiawi ketika kita jatuh ke dalam dosa sebab memang natur manusia telah dicemari oleh dosa.
Paulus benar-benar menyadari hal ini. Sehingga ia mengingatkan bahwa Allah akan
setia selalu meski kita tidak setia. Namun perlu ditekankan, kesetiaan Allah ini bukanlah berarti kita bisa berbuat dosa sesuka hati. Akan tetapi maksudnya
adalah: Allah akan senantiasa mengasihi manusia meski kita manusia yang lemah
ini sering jatuh oleh keinginan daging.
REFLEKSI
Sungguh indah firman Tuhan yakni kesaksian dan nasihat Paulus kepada Timotius dan juga kita pada masa kini. Kita dipanggil untuk menderita sebagai pengikut Kristus, dengan melakukan kebenaran firman. Sehingga di dalam penderitaan kita di dalam kebenaran, Allah akan memberikan pengertian agar kita bertahan, dikuatkan dan taat dalam memikul salib penderitaan kita karena Kristus telah menjadi pusat hidup kita. Dengan demikian, penderitaan yang benar di dalam mengikut Kristus akan memberikan keselamatan dan Allah yang hidup akan senantiasa memberikan kasih-Nya, akan setia memelihara setiap umat-Nya dan menguatkan umat-Nya untuk menghadapi berbagai persoalan hidup. Penderitaan tidak akan hilang, tetapi di dalam Tuhan, kita akan bertahan menghadapinya. Seperti lirik PKJ. 241 yang menyatakan “Tak ku tahu kan hari esok namun langkah ku tegap, tiada ku gelisah akan masa menjelang, berjalan dengan Yesus maka hatiku tenang. Terang bagiku kini tangan Tuhan yang Pegang”.
Tuhan Yesus memberkati
BalasHapus