Epistel Minggu Septuagesima, 16 Februari 2025
Ev : Kolose 1:24-29
TUHAN PENGHARAPAN KITA
PENDAHULUAN
Surat Kolose adalah surat yang ditulis oleh Paulus dari penjara. Menariknya, Paulus sendiri tidak pernah mengunjungi jemaat Kolose secara langsung. Akan tetapi, Paulus tetap memiliki hubungan dekat dengan jemaat ini melalui Epafras. Paulus menuliskan surat ini dengan tujuan untuk menguatkan iman jemaat di tengah tantangan yang mereka hadapi. Tantangannya adalah banyaknya ajaran-ajaran palsu yang beredar di tengah-tengah mereka. Tema kita adalah “Tuhan Pengharapan Kita”. Tema ini sesuai dengan seruan Paulus kepada jemaat itu. Bahwa Yesus Kristus adalah pengharapan bagi setiap orang yang beriman. Itulah mengapa Paulus mengingatkan jemaat itu bahwa mereka sudah memiliki segalanya yang mereka butuhkan, yaitu di dalam Kristus. Untuk itu, tidak perlu lagi bagi mereka mencari kebenaran atau keselamatan di luar Kristus.
PENJELASAN NAS
Dalam terang tema “Tuhan Pengarapan Kita”, mari kita renungkan beberapa poin dari penjelasan Paulus dalam nas Kolose 1:24-29 ini.
Ayat 24-26.
Setelah menegaskan tentang kuasa, supremasi Kristus kepada jemaat Kolose, Paulus melanjutkan penjelasannya tentang pelayanannya. Ia memulai dengan mengatakan “sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu...” (ay. 24). Seperti yang sudah dijelaskan, surat ini barangkali ditulis di Roma ketika Paulus berada di penjara menantikan masa-masa akhir hidupnya. Menariknya, Paulus merasakan sukacita kendatipun pelayanannya membawa penderitaan baginya. Ia merasakan sukacita karena telah menderita demi jemaat, dipenjara demi memberitakan firman-Nya, dan tetap setia menjadi pelayan jemaat hingga menjelang akhir hidupnya. Sukacita Paulus juga semakin lengkap sebab pemberitaan firman yang ia lakkukan adalah tentang rahasia tersembunyi, yakni keselamatan yang di dalam Yesus Kristus, yaitu Tuhan dan Juruselamat. Dari ayat 24-26 ini setidaknya kita belajar:
- Ketika kita menjadikan Tuhan sebagai pengharapan, maka di dalam pengharapan itu akan mengalir sukacita yang berpangkal dari hati. Ada keiklasan, ketenangan, kendatipun kesulitan sedang mengancam di depan mata sebagaimana yang Paulus rasakan. Pengharapan di dalam Tuhan selalu membuahkan sukacita.
- Pekerjaan untuk menjadi saksi Kristus dengan cara memberitakan Injil kebenaran adalah tugas yang sulit. Paulus sendiri sampai dipenjara dan dianiaya karena itu. Akan tetapi, betapapun sulitnya, jangan pernah tinggalkan imanmu dan tugasmu sebagai orang percaya. Tetaplah setia berpengharapan kepada Allah.
Ayat 27-28.
Paulus menjelaskan mengapa Kristus adalah pengharapan akan kemuliaan. Dikatakan bahwa di dalam Kristus terdapat seluruh rahasia hikmat yang dapat memimpin orang-orang kepada kesempurnaan di dalam Kristus. Kita perhatikan, Paulus melayani tidak hanya secara komunal, tetapi juga dengan door to door dan orang per orangan. Paulus benar-benar melaksanakan tugasnya untuk dapat berkunjung dan mengajar. Dari penjelasan ini kita belajar, bahwa:
- Pengharapan akan Tuhan selalu membuahkan perubahan. Kita perhatikan, jikalau ada di antara saudara kita sedang menyimpang dan salah perbuatannya, di sinilah peranan pengajaran, yakni untuk menuntun dia kembali kepada kebenaran (2 Tim. 3:16). Inilah pengharapan kita, bahwa firman Tuhan itu selalu menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan, dan mendidik kita dalam kebenaran.
Ayat 29
Paulus menegaskan di sini, bahwa untuk dapat tetap setia di dalam tugas pelayanannya yang begitu berat dan penuh tantangan itu, Paulus melakukannya dengan mengusahakan dan menggumulinya sekuat tenaga. Dan kita perhatikan pengakuan Paulus, ia tidak akan pernah mampu bertahan jikalau bukan karena kuasa Tuhan yang bekerja secara luar biasa dan terus menerus di dalam dirinya. Dari pengakuan Paulus ini kita belajar:
- Tetaplah jadikan Allah sebagai pengharapan dalam kehidupan kita. Sebab di dalam pengharapan tidak hanya melahirkan sukacita dan ketenangan, tetapi juga kekuatan sebab di dalam Tuhan kita yakin akan dimampukan menghadapi setiap persoalan.
- Tuhan pantas dijadikan sebagai pengharapan dalam kehidupan kita, sebab Dia Allah yang senantiasa bekerja di dalam kehidupan kita. Dia tidak pernah meninggalkan umat-Nya sendirian. Sebaliknya, Allah turut bekerja dalam segala situasi untuk mendatangkan kebaikan (Rm. 8:28), untuk menguatkan, memperlengkapi, meneguhkan (1 Ptr. 5:10). (DKHL)