Evangelium Minggu 4 Set. Epiphanias, 2 Februari 2025
Ev : Mazmur/Psalmen 71:1-6
TUHAN ADALAH BUKIT BATU DAN PERTAHANAN KITA
JAHOWA DO PARTANOBATOAN JALA HAPORUSANTA
Pendahuluan
Perikop kali ini adalah doa permohonan Daud yang digubahnya ketika sudah berusia senja. Daud adalah salah satu tokoh Alkitab yang hidupnya sarat akan pergumulan dan pengkhianatan. Tidak tanggung-tanggung bagaimana Daud sering sekali mengalami pergumulan yang begitu tragis dan itu dicatatkan dalam Alkitab. Akan tetapi, di sisi lain, Daud merupakan salah satu tokoh Alkitab yang dikasihi oleh Allah. Tuhan begitu banyak memberikan pertolongan dalam kehidupan Daud di setiap situasi dan keadaan. Itulah mengapa banyak orang yang akhirnya merasakan iri hati, kecemburuan, terhadap apa yang Daud peroleh dalam kehidupannya. Sekarang, di masa tuanya, Daud menyadari bahwa dirinya semakin rentan dan melemah. Sangat wajar bagi Daud merasa gelisah dan ketakutan mengingat setiap pengkhianatan, permusuhan, peperangan yang telah ia lalui. Pertanyaannya, bagaimana mungkin Daud yang merasakan kegelisahan itu akhirnya mendapatkan ketenangan? Mazmur ini menjadi jawabannya. Daud menyadari bahwa hidupnya tidak akan pernah lepas dari pergumulan dan kesesakan. Di dalam kesadaran inilah Daud mengambil satu langkah yang penting: Yaitu menentukan bersama siapakah ia harus melewati pergumulan dan kesesakan itu? Inilah inti khotbah minggu ini. Sebagaimana Daud yang telah mengambil komitmen, kita diajak untuk turut juga mengambil komitmen yang sama. Hidup penuh dengan pergumulan itu sudah pasti. Pertanyaannya; “Siapakah temanmu menghadapi pergumulan itu?” Firman Tuhan memberikan satu jawaban pasti melalui tema kita, Tuhan yang adalah bukit batu dan pertahanan bagi kita. Bersama Dia-lah kita harus selalu berjalan menapaki tiap-tiap perjalanan hidup yang penuh kesesakan.
Penjelasan Nas
Tuhan adalah gunung batu dan pertahanan kita. Ini menggambarkan bagaimana Allah mampu memberikan rasa aman, kepastian, dan keselamatan dalam menghadapi berbagai tantangan hidup. Lalu bagaimanakah ciri hidup seseorang yang telah menjadikan Tuhan sebagai gunung batu dan pertahanan baginya? Dari Daud kita pelajari 3 hal:
Pertama: Mengakui kelemahan diri. Permohonan Daud dalam ayat 1-6 sangat jelas, agar dirinya tidak mendapat malu, dilepaskan dari musuh-musuhnya, dan dijauhkan dari orang fasik. Mazmur 71 secara keseluruhan memberikan alasan mengapa Daud meminta hal ini kepada Tuhan. Daud secara jujur mengakui kelemahan dirinya di masa tuanya, bahwa kekuatannya telah jauh berkurang dan menjadi terbatas jikalau Allah tidak bersamanya. Jikalau kita juga boleh jujur, tidak satupun di antara orang percaya yang mampu melewati setiap persoalan jikalau hanya mengandalkan kekuatan, kepintaran, kekayaan, kekuasaan diri sendiri. Itulah mengapa orang yang benar-benar mengimani bahwa Tuhan adalah gunung batu dan pertahanan baginya, pertama-tama akan dengan rendah hati mengakui keterbatasannya.
Kedua: Berpasrah diri. Mindset/pola pikir akan menentukan keputusan atau tindakan yang kita ambil. Itulah yang perlu kita perhatikan dari doa Daud ini. Alih-alih berfokus terhadap permasalahan dan musuhnya, Daud jauh lebih kuatir dan ketakutan jikalau Allah meninggalkannya. Pengakuannya atas kelemahan dirinya (mindset) akhirnya mendorongnya untuk berserah dan berpasrah diri kepada Tuhan (tindakan). Mari kita perhatikan, dengan mengetahui dan mengakui kelemahan serta keterbatasan diri, kita akan terdorong agar dengan rendah hati meminta tolong.
Ketiga: Senantiasa memuji Tuhan. Pujian yang tulus kepada Tuhan selalu berasal dari pikiran yang jujur dan sikap rendah hati. Itulah mengapa ciri/tanda ketiga yang dapat kita lihat dalam diri Daud adalah dirinya yang senantiasa memuji Tuhan. Kita perhatikan, dalam pujian ini Daud mengingat kembali bagaimana Allah menyertainya. Sedari kandungan dan kemudian dia lahir (ay. 6), saat masa mudanya (ay. 5), hingga masa tuanya, bagi Daud Tuhan tetaplah setia. Tuhan tidak pernah berubah dan meninggalkan dirinya. Inilah yang membuat Daud akhirnya berkomitmen teguh untuk senantiasa memuji dan memuliakan Tuhan. Firman Tuhan ini juga akhirnya mengajak kita agar kembali mengingat bagaimana Allah senantiasa turut bekerja dalam perjalanan hidup kita masing-masing.
Refleksi:
Tidak ada manusia yang menginginkan agar dirinya hidup dalam kesusahan. Itulah mengapa selagi masih hidup dan memiliki kekuatan, kita selalu berusaha sekuat tenaga untuk mengejar apa yang kita impikan. Dalam proses perjuangan itu, Firman Tuhan mengajak kita merenungkan kembali agar membawa harapan itu kepada Tuhan yang adalah gunung batu dan pertahanan kita. Untuk itu, sebagai orang percaya, Firman Tuhan mengajarkan kepada kita, mari kita akui keterbatasan kita dalam mengusahakan apa yang perlu di tengah-tengah keluarga, pekerjaan, hubungan, persekutuan. Setelah kita mau dengan rendah hati mengakuinya, mari Datang kepada-Nya memohon hikmat dan kekuatan agar dalam prosesnya kita dimampukan. (DKHL)