Epistel Minggu 23. Set Trinitatis (03 November 2024) Ep : Ulangan 6:1-9 MENGASIHI TUHAN ALLAH DAN SESAMA MANUSIA - Duc In Altum

Klik Ikuti

Epistel Minggu 23. Set Trinitatis (03 November 2024) Ep : Ulangan 6:1-9 MENGASIHI TUHAN ALLAH DAN SESAMA MANUSIA


 Epistel Minggu 23. Set Trinitatis (03 November 2024)

Ep       :           Ulangan 6:1-9

MENGASIHI TUHAN ALLAH DAN SESAMA MANUSIA

PENDAHULUAN

Bagi orang Israel kuno, fungsi utama dari kitab Ulangan adalah sebagai pendidikan agama. Selama beberapa generasi, kitab ini berada di tangan para Lewi yang menyanyikannya dengan tujuan mengajarkan kepada umat apa yang Tuhan inginkan kepada mereka.  Musa sebagai pengajar utama menuliskan ini semua. Tujuannya jelas yaitu untuk menanamkan “Takut akan TUHAN, Allahmu”. Ayat 1-3 dalam pasal ini merupakan sebuah jembatan penghubung untuk menyimpulkan bagian besar dari pengajaran kesepuluh hukum Taurat (4:44-6:3) dan memperkenalkan bagian penting lainnya (6:4-7:11), yang disebut Yesus sebagai “Hukum yang utama dan terutama” (bnd. Mat. 22:37-38). Pertama, Musa memberikan penjelasan pembuka bahwa ini merupakan perinah Allah yang harus dilakukan. Tujuannya agar kebenaran ini dapat diturunkan kepada anak cucu sehingga sepanjang generasi bangsa Israel tetap takut akan TUHAN dan berpegang teguh pada perintah-Nya dengan setia. Allah menyatakan berkat-Nya jika bangsa itu mau hidup dalam perintah dan ketetapan Tuhan. Bangsa itu akan dalam keadaan yang baik dan menjadi sangat banyak.

Mengapa bangsa itu akan dalam keadaan baik? Kendatipun negeri Kanaan adalah negeri yang berlimpah susu dan madunya, tetap saja penghuni negeri itu adalah orang-orang yang tidak mengenal Tuhan. Orang Het, Girgasi, Amori, Kanaan, Feris, Hewi, dan Yebus, adalah bangsa yang kuat dan besar (7:1). Inilah yang harus dihadapi oleh orang Israel. Di sinilah Allah berjanji akan menyerahkan bangsa ini kepada Israel jika mereka mau taat kepada Tuhan. Kedua, ketujuh bangsa itu sudah memiliki kepercayaan dan dewa tersendiri. Kalaupun bangsa Israel menang melawan mereka, tantangan terberat berikutnya adalah godaan untuk menyembah allah lain dan meninggalkan Allah yang benar. Untuk itu, Allah memerintahkan “Hukum Kasih/Hukum terutama dan yang utama” ini sebagai pembatas bagi bangsa Israel ketika tiba saatnya mereka menduduki tanah perjanjian itu.

PENJELASAN NAS

Di dalam terang tema “Mengasihi Tuhan Allah dan Sesama Manusia”, kita akan merenungkan beberapa pokok penting:

1.       Mengasihi dengan segenap hati, jiwa, dan kekuatan.

Shema Israel (6:4), “dengarlah hai Israel”, berisikan satu pengajaran yang fundamental, dan wajib diketahui seluruh orang Israel. Isinya menjadi kebenaran dasar agama Israel, yakni “keesaan” Tuhan dan “kewajiban” yang disusun berdasarkan Allah yang esa ini. Hal mendasar yang diajarkan itu adalah kasihilah TUHAN Allahmu dengan segenap hati, jiwa, dan kekuatanmu (6:5). Apa maksudnya ini? Hati (Ibr. Lebab) dapat diartikan sebagai pusat tindakan pribadi, pikiran, kecerdasan, kesadaran, pemahaman. Dalam pemahaman timur tengah kuno, hati melambangkan individu dan keberadaannya. Hati digunakan sebagai istilah untuk semua aspek vital, afektif, noetic (pengetahuan, kognisi), dan volitif (kemampuan/kehendak untuk mengambil keputusan). Melalui terminology ini sudah sangat jelas, mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati menuntut seluruh aspek kehidupan kita. Mengasihi Tuhan Allah haruslah dibarengi dengan pengetahuan yang benar, berasal dari kehendak dan keputusan pribadi, dan memengaruhi aspek emosi manusia. Jiwa (Ibr. Nephes) dapat diartikan sebagai keinginan terbesar, niat, orientasi, dan penilaian terdalam dari diri manusia. Artinya mengasihi Allah ternyata bukan hanya tentang mengetahui dan memutuskan, tetapi juga menjadikannya sebagai niat, keinginan terbesar, dan orientasi hidup. Melalui penelusuran terminologis ini, pesan Musa terlihat begitu jelas. Ia mengajak bangsa Israel agar mereka mengambil keputusan berdasarkan kesadaran dan pengetahuannya untuk dengan sungguh beriman kepada Allah dan mengasihi-Nya. Iman dan kasih ini akan mempengaruhi moral dan perasaan mereka sehingga bangsa itu akhirnya menjadikan perintah Allah sebagai “gaya hidup orang beriman”.

2.       Mengasihi itu adalah pelajaran berulang setiap hari.

Karena mengasihi Allah pada akhirnya harus menjadi gaya hidup dan orientasi hidup bangsa Israel, itulah alasan Musa memberikan perintah selanjutnya yakni konsistensi. Musa meminta agar bangsa itu mengajarkan kebenaran ini secara berulang kepada anak-anak mereka. Ketika mengajarkan, kita tidak hanya memberitahu tetapi juga sekaligus mengingat kembali kebenaran itu. Tindakan mengasihi harus senantiasa dibangun melalui perefleksian atas kebenaran. Artinya, kendatipun kita sudah menganggap “Mengasihi Allah dan sesama” adalah topik yang umum bukan berarti kita dapat abai. Musa sendiri memerintahkan agar firman Tuhan selalu dipercakapkan ketika duduk di rumah, dalam perjalanan, berbaring, ataupun bangun, bahkan menuliskan firman itu pada tiang pintu dan pintu gerbang. Firman Tuhan kali ini mengajak kita untuk tidak hanya sekedar tahu, melainkan menjadikan ini sebagai kebiasaan dan gaya hidup yang berkelanjutan. Inilah tandanya kita mengasihi Allah dengan segenap hati dan jiwa kita.

3.       Kasih mengatur setiap gerak hidup.

Firman Tuhan ini menjadi landasan dan persiapan utama bagi bangsa Israel untuk hidup di tanah Kanaan. Kita perhatikan, hukum kasih ini pada akhirnya akan mengatur relasi kita terhadap Tuhan dan sesama. Kasih kepada Tuhan akan membawa kita kepada penghormatan dan penyembahan yang benar, pembaktian diri hanya kepada-Nya. Artinya, kasih itu mengikat kita. Sebagai contoh, implementasi kasih kepada Allah dan sesama akan terlihat pada pasal berikutnya. Allah melarang bangsa Israel menikah dengan bangsa lainnya agar tidak menyimpang dari-Nya (7:3-4), Allah menyuruh orang Israel untuk melawan kesalahan dan memperbaikinya (7:5-6). Kasih yang benar akan selalu mengarahkan kita pada kebenaran. Kasih bukan berarti bertoleransi terhadap kesalahan. Sebaliknya, kasih harus mengubahkan kita agar hidup menuju kebenaran yang sejati.

REFLEKSI/KESIMPULAN

Firman Tuhan hari ini mengajak kita untuk mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati, jiwa, dan kekuatan. Kita juga diajak untuk mengimplementasikan itu kepada sesama dengan mengasihi mereka seperti diri sendiri. Melalui firman Tuhan ini, relasi kasih yang benar digambarkan demikian: kebenaran (iman kepada Allah) tanpa kasih (kepada sesama) adalah kekeringan jiwa; ia bisa menyakiti dan memisahkan, tanpa memberi ruang untuk pengertian dan empati. Tetapi kasih tanpa kebenaran adalah ilusi; ia bisa menjadi pengabaian terhadap realitas yang ada. Tanpa kebenaran, kasih bisa mengarah pada penipuan atau ketidakadilan, menghalangi pertumbuhan dan pemahaman yang sejati.

Add your comment