Epistel Minggu 22. Set Trinitatis (27
Oktober 2024)
Ep : Markus 10:46-52
TUHAN SANGGUP MELAKUKAN SEGALA SESUATU
PENDAHULUAN
Dalam cerita ini kita akan diperkenalkan dengan satu tokoh
yaitu Bartimeus. Seorang yang buta, miskin, dan hidup dari belas kasihan orang
lain. Agak sulit rasanya bagi kita untuk mengakui bahwa Tuhan sanggup melakukan
segala sesuatu jika dalam kondisi seperti Bartimeus ini. Akan tetapi, kita akan
melihat sosok Bartimeus sebagai seorang pria yang memiliki keyakinan yang
sangat teguh bahwa suatu hari ia akan terbebas dari penderitaannya. Melihat
kondisinya, secara kasat mata sebenarnya mustahil bagi Bartimeus untuk
terpenuhi harapannya. Namun, kondisi itu tidak membuatnya patah semangat dan
putus pengharapan. Itulah mengapa begitu ia mendengar bahwa Yesus melintasi
kota Yeriko, Bartimeus sesegera mungkin berteriak memohon tanpa memikirkan
posisi dan jarak antara dirinya dengan Yesus. Teriakan Bartimeus menggambarkan
bahwa pengharapannya akan segera terlaksana meskipun ia tidak pernah melihat
Yesus secara langsung karena keterbatasannya. Sudah waktunya bagi Bartimeus
untuk bangkit dari ketidakberdayaannya. Pada akhirnya, imannya yang teguh itu
memberikan keselamatan baginya. Bartimeus mengalami kesembuhan. Tidak hanya
secara fisik, tetapi juga secara rohani. Kisah Bartimeus ini benar-benar
menggambarkan tema kita. Kendatipun di situasi sulit yang secara kasat mata itu
mustahil untuk diubah, tetapi bagi Allah, Dia sanggup melakukan segala sesuatu.
Akan tetapi, perlu kita garis bawahi bahwa segala sesuatu yang dimaksud
bertujuan untuk kebaikan dan kemuliaan nama Tuhan.
PENJELASAN NAS
Dalam terang tema Tuhan sanggup melakukan segala sesuatu,
mari kita renungkan: perikop ini mengajarkan ada 4 respon yang harus kita
lakukan sebagai orang percaya:
1.
Senantiasa
Berseru kepada-Nya (ay.47-48).
Melihat situasi pada saat itu, kedatangan Yesus dibarengi dengan kerumunan orang yang mengelilingi Dia. Ternyata, nama Yesus cukup tersohor sehingga Dia menjadi buah bibir di kota itu. Mendengar cerita orang banyak itu bahwa Yesus tiba di Yeriko, Bartimeus bertindak dengan berseru kepada-Nya “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!”. Ia memanggil Yesus dengan sebutan “Anak Daud”. Panggilan ini mengisyaratkan pengharapannya akan Mesias yang mampu menyelamatkan dirinya. Seruan Bartimeus penuh dengan keyakinan menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias yang berkuasa. Kita perhatikan, seruannya yang pertama harus dibungkam oleh orang banyak. Kerumunan itu melarangnya dan meminta untuk diam. Alih-alih tunduk pada bungkaman itu, Bartimeus justru berteriak semakin keras memohon belas kasihan Yesus. Pada akhirnya, Yesus mendengarkan teriakan itu. Inilah gambaran kehidupan orang percaya. Seruan yang kita sampaikan melalui doa kepada Tuhan sering sekali “dibungkam” oleh keadaan. Penantian yang panjang atas jawaban doa, desakan orang untuk meninggalkan Tuhan, situasi yang membuat kita ragu untuk berdoa adalah tantangan tersendiri bagi kita. Berkaca dari Bartimeus, kita akan melihat bahwa “Iman menuntun pada kesetiaan untuk memohon kepada Tuhan”. Kisah ini menegaskan bahwa jawaban doa memang penting, namun yang lebih utama adalah bagaimana iman membentuk kita untuk tetap berharap dan berdoa kepada Tuhan, meskipun kita harus melewati masa penantian.
2.
Tenang
dan teguhkan hatimu (ay. 49).
Kita perhatikan, Yesus yang menjawab seruan Bartimeus memberikan sebuah perubahan baru. Orang banyak yang semula melarangnya untuk berteriak berubah menjadi pendukung Bartimeus untuk datang kepada Yesus. Orang banyak meyakinkan Bartimeus dengan mengatakan “Kuatkan hatimu”. Dalam bahasa aslinya (Yun. Tharseo) dapat diartikan sebagai bersukacitalah, bersemangatlah, jadilah berani, terhiburlah. Orang banyak paham betul ketika Yesus memanggil berarti Bartimeus akan mengalami kesembuhan. Kita perhatikan, panggilan Tuhan atas seruan Bartimeus merupakan suatu dorongan yang luar biasa dalam membangkitkan pengaharapan. Inilah menjadi satu pegangan kuat bagi iman kita terhadap Allah yang sanggup melakukan segala sesuatu. Kendati di tengah permasalahan sekalipun, kita mengimani bahwa jawaban Tuhan selalu membawa penghiburan, sukacita, dan semangat baru.
3.
Datanglah
kepada-Nya (ay. 50-52).
Cerita Bartimeus memberikan satu kepastian kepada kita, bahwa Allah mendengarkan seruan kita. Panggilan Yesus membuatnya bergegas untuk pergi mendapatkan Dia. Akan tetapi, sebelum pergi Bartimeus terlebih dahulu menanggalkan jubahnya. Jubah adalah satu-satunya yang dimiliki oleh seorang pengemis. Biasanya itu digunakan untuk duduk atau mengumpulkan sedekah. Di tengah kondisinya, Bartimeus memang harus meninggalkan jubahnya sebab itu dapat menjadi penghambat dirinya bertemu dengan Tuhan. Jubah itu dapat memperlambat gerakannya, atau bahkan bisa membuatnya terjatuh karena tersandung. Setelah mendapat kesempatan berjumpa langsung dengan Yesus, Bartimeus memanggilnya dengan sebutan “Rabuni (rabi: guru)” sebagai ungkapan kerendahatiannya berjumpa dengan Sang Mesias. Sikap Bartimeus ini mencerminkan respon terbaik untuk datang kepada Tuhan. Hal-hal seperti keraguan, kesombongan, harus kita buang saat datang kepada Yesus. Sebaliknya kita datang dengan sikap rendah hati dan berserah diri penuh di dalam doa dan permohonan kita. Allah yang sanggup melakukan segala sesuatu itu sedang mengundang kita datang memohon. Untuk itu, datanglah kepada-Nya (bnd. Mat. 11:28-30).
4.
Percaya dengan sungguh kepada-Nya (Ay. 52).
Bartimeus
mendapatkan kesembuhan dari Yesus. Seruannya membuahkan hasil yang manis. Apa
yang ia harapkan diberikan Yesus kepada dirinya. Matanya dipulihkan dan dapat
melihat kembali. Yesus mengatakan “imanmu
telah menyelamatkan engkau!”. Kebaikan yang Bartimeus peroleh adalah karena
imannya yang direspon dengan kuasa dan belas kasihan Tuhan. Kita perhatikan,
pertolongan yang paling menghibur adalah yang berasal dari iman kita. Secara
jasmani Bartimeus kembali dapat melihat dan tidak lagi membutuhkan orang lain
untuk membantunya. Ia sekarang dapat berjalan sendiri dengan penglihatannya
sendiri. Kesembuhan jasmani itu diikuti dengan kesembuhan rohani melalui keputusan
Bartimeus untuk mengikut Yesus. Inilah respon yang harus dimiliki oleh setiap
orang percaya. Tidak cukup bagi kita hanya sekedar memohon untuk mendapat
kesembuhan kepada Tuhan. Akan tetapi, penting sekali kita mengambil komitmen
untuk mengikuti Dia agar kita dapat memuliakan Tuhan.
REFLEKSI/KESIMPULAN
Firman Tuhan hari ini mengajak kita agar sungguh-sungguh mengimani Allah sanggup melakukan segala sesuatu. Meskipun situasi terasa seperti di luar kendali dan kekuatan kita, firman Tuhan mengajak agar kita datang kepada-Nya di dalam iman yang sungguh-sungguh. Kita juga diajak untuk selalu berseru kepada Tuhan sebab penantian akan jawaban Tuhan selalu membuahkan penghiburan, sukacita, dan semangat baru bagi kita.