Bahan Sermon Epistel Minggu, 11 Agustus 2024 (Minggu 11 Setelah Trinitatis) Ep.: Mazmur 34:1-8 "HIDUP BARU DALAM KASIH KRISTUS" - Duc In Altum

Klik Ikuti

Bahan Sermon Epistel Minggu, 11 Agustus 2024 (Minggu 11 Setelah Trinitatis) Ep.: Mazmur 34:1-8 "HIDUP BARU DALAM KASIH KRISTUS"

Bahan Sermon Epistel Minggu, 11 Agustus 2024 (Minggu 11 Setelah Trinitatis)

Ep.      : Mazmur 34:1-8 

                                               HIDUP BARU DALAM KASIH KRISTUS

PENDAHULUAN

Perikop kali ini dapat dikategorikan sebagai Mazmur pengakuan daripada Mazmur pujian. Pengantar yang diberikan kepada kita pada bagian awalnya adalah Mazmur ini dituliskan oleh Daud pada waktu ia harus berjumpa dengan Abimelekh (Bnd. 1 Sam. 21:10-15; di sana di sebut Raja Akish). Perjumpaan ini bermula ketika Daud harus lari dari pengejaran Saul yang hendak membunuhnya dan meminta perlindungan kepada raja orang Filistin itu. Akan tetapi Daud yang berlindung kepada raja itu justru berbalik menjadi takut kepadanya. Pengalaman ketakutan Daud ini adalah sesuatu yang cukup jarang ditemukan. Hal ini dikarenakan Daud lah yang biasanya menjadi sumber ketakutan bagi musuh-musuhnya di medan perang sebab Allah menyertainya. Situasi yang dialami Daud kali ini sangat mencekam. Saul hendak membunuhnya, dan Abimelekh juga hendak membunuhnya sebab identitas Daud sebagai raja Israel – yang adalah musuh besar orang Filistin – diketahui pegawai raja dan melaporkannya kepada Raja. Mengantisipasi ancaman nyawa yang dihadapinya, Daud memilih berpura-pura menjadi gila agar raja Filistin itu tidak menaruh curiga sedikitpun kepadanya.

Mazmur ini digubah oleh Daud tepat setelah nyawanya diselamatkan dari upaya pembunuhan yang dilakukan oleh Saul dan juga dari ancaman Abimelekh. Dalam perikop ini kita akan melihat bagaimana Allah ditampilkan sebagai Allah yang mendengar sekaligus Allah yang bertindak. Kendatipun orang percaya menghadapi pegumulan di tengah-tengah kehidupan, bukan berarti bahwa Allah itu diam dan tidak bertindak. Melalui gubahan nyanyian Daud ini, sebagai Mazmur pengakuan, Daud benar-benar menampilkan Allah yang hidup, yang mendengar seruan hamba-Nya di dalam kesesakan, sekaligus mengambil tindakan untuk menolong hamba-Nya dari kesulitan yang dihadapinya.

Agaknya akan sedikit sulit kita menghubungkan teks ini dengan tema “Hidup Baru dalam Kasih Kristus” tanpa membaca Efesus 4:25-32. Mengingat ini adalah pendahuluan khotbah minggu 11 Set. Trinitatis, kita harus membaca perikop ini dengan Efesus secara komprehensif dan menarik kesinambungan keduanya. Dengan demikian kita diajak untuk membangun pemikiran bahwa Efesus 4:25-32 menjelaskan tentang ciri orang yang telah hidup baru di dalam Kristus. Kemudian Mazmur kali ini menjelaskan tentang dampak setelah kita mengalami hidup baru di dalam Kristus.

PENJELASAN NAS

Dalam terang tema “Hidup Baru dalam Kasih Kristus” kita diajak merenungkan ada 3 dampak yang dirasakan oleh orang Kristen ketika dia mengalami hidup baru di dalam Kristus:

Pertama: Selalu Memuji dan Memuliakan Tuhan. Alur Mazmur yang dibangun oleh Daud kali ini cukup menarik. Dia memulai dengan mengatakan “Aku hendak memuji….. (ay.2), lalu kemudian dikatakan juga “Muliakanlah TUHAN bersama-sama dengan aku…..” (ay.4). Nyanyian Daud ini memberkan satu pemaknaan bagi kita bahwa orang yang hidupnya telah diperbaharui di dalam kasih Kristus (bertobat) akan selalu memuji Tuhan. Pujian memang selalu bersifat pribadi. Itu muncul dari hati yang benar-benar menyadari dan merasakan cinta kasih Tuhan. Kendati pun pujian bersifat Pribadi, tetap saja pujian itu akan bermuara kepada pujian komunal. Melalui perikop kali ini, Daud mengajak orang-orang untuk memuji Tuhan, sekaligus Daud memberitahukan alasan kita untuk memuji Tuhan. “Aku telah mencari TUHAN, lalu ia menjawab aku…” (ay.5a). Inilah yang menjadi alasan pertama mengapa orang yang telah hidup baru senantiasa memuji Tuhan. Hidup baru adalah pertobatan yang terjadi dalam diri manusia setelah pengenalannya akan Tuhan, dan intimnya hubungannya bersama dengan Tuhan. Artinya sebagai orang yang telah memiliki hubungan dekat dengan Tuhan, kita tentu akan menyadari bagaimana Allah bertindak menjawab doa-doa kita. “……melepaskan aku dari segala kegentaranku” (ay.5b). Ini menjadi alasan kedua kita mengapa kita harus selalu memuji Tuhan. Benar memang hidup tidak pernah lepas dari kesulitan dan tantangan, tetapi Allah selalu bertindak memberikan pertolongan, hikmat, kekuatan bagi kita untuk bisa bertahan. Mazmur ini mengajak kita untuk mengingat bagaimana Allah menjawab segala rasa kuatir dan takut kita. “Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya” (Ay.7b). Pengakuan Iman Daud ini terbentuk dari beragam kesulitan yang dia hadapi. Memang kehidupan raja Daud penuh dengan tantangan dan pergumulan baik dari internal maupun eksternal. Kesesakan menjadi perasaan yang sering hadir dalam kehidupan raja Daud. Meskipun begitu, di dalam imannya, Daud tetap memuji Tuhan sebab dia mengaku Allah senantiasa memberikan kelegaan baginya dan selalu menjaganya (ay.8).

Kedua: Rendah Hati dan Bersukacita. Jiwaku bermegah” mengisyaratkan pujian yang tulus dari Daud, sebab jiwanya pun turut memuji (bermegah). Melalui pujian itu, baik dirinya maupaun orang yang mendengarkan pujian itu akan bersukacita. Sikap orang yang hidupnya telah diperbaharui digambarkan dengan jelas oleh Daud di sini. Kita akan secara otomatis merendahkan hati kita di hadapan-Nya karena kesadaran iman mengarahkan kita pada penyembahan kepada-Nya. Pujian Daud selalu menggambarkan betapa besar dan dahsyat dan ajaib perbuatan Allah di dalam kehidupannya. Tentu saja orang yang menyadari itu juga akan dengan rendah hati mengakui benarlah apa yang dikatakan oleh Daud itu. Ini juga mengisyaratkan kepada kita bahwa di dalam pujian, haruslah dilantunkan dengan sikap rendah hati dan penuh dengan sukacita.

Ketiga: Wajahnya Berseri-seri. Hati yang gembira adalah obat yang manjur. Demikianlah kata Salomo dalam Amsalnya (Ams. 17:22). Melalui ayat 1-8 ini, kita akan melihat bagaimana Daud membangun sebuah pola hidup yang berdampak ketika kita mau hidup dalam kasih Kristus dan ketika hidup kita diperbaharui. Semuanya berkesinambungan. Dimulai dari membaktikan hidup untuk selalu memuji Tuhan, oleh pujian itu kita diajak bersukacita dan rendah hati, dan oleh sukacita itu wajah kita berseri-seri. Artinya ada kepuasan, kelegaan, dan rasa syukur. Dalam konteks Daud, patutlah dia penuh dengan rasa syukur dan merasakan kelegaan penuh sebab memang Allah bertindak dan menjawab doanya serta memberinya kelepasan dari maut yang coba datang mengancam.

REFLEKSI

Daud merespons penderitaan dan kesesakannya dengan pujian, dan merespon kebaikan Tuhan dengan ketaatan. Itulah inti dari nyanyian Daud ini. Pengakuan yang tulus tentang penyertaan Allah dalam kehidupannya, sekaligus ajakan untuk memuji Dia, taat kepada-Nya, mengikuti kehendak-Nya, dan hidup berkenan di hadapan-Nya. Inilah Prinsip hidup rohani yang benar. Prinisip ini secara otomatis akan terbangun sebagai buah yang berdampak dari hidup baru di dalam Krsitus. Bahwa di dalam setiap kondisi, kita tetap taat, setia, dan dekat kepada-Nya baik melalui keluarga, pekerjaan, persekutuan, terlebih-lebih di dalam doa, pujian, peribadahan, dan persembahan kita.

Add your comment