BAHAN SERMON EPISTEL MINGGU 7 SET. TRINITATIS, 14 JULI 2024 “BERANI MENYUARAKAN KEBENARAN” Ep. AMOS 7:1-6 - Duc In Altum

Klik Ikuti

BAHAN SERMON EPISTEL MINGGU 7 SET. TRINITATIS, 14 JULI 2024 “BERANI MENYUARAKAN KEBENARAN” Ep. AMOS 7:1-6

 BAHAN SERMON EPISTEL MINGGU 7 SET. TRINITATIS, 14 JULI 2024

“BERANI MENYUARAKAN KEBENARAN”

Ep. Amos 7:1-6

PENDAHULUAN

Amos, seorang nabi yang dibangkitkan oleh Tuhan memiliki latarbelakang sebagai seorang gembala sekaligus pemetik buah ara yang berasal dari Tekoa (Israel Selatan), akan tapi menyampaikan nubuatan di wilayah Israel Utara tepatnya Betel. Ketika Amos bernubuat kepada Kerajaan Utara, bangsa itu secara lahiriah berada di dalam puncak perluasan wilayah, stabilitas politik dan kemakmuran nasional, tetapi secara batiniah sudah bobrok. Kemunafikan dan penyembahan berhala sudah merata, masyarakat hidup mewah dan berlebihan, kebejatan merajalela, sistem peradilan rusak, begitu juga penindasan kepada orang miskin menjadi kebiasaan. Dalam situasi seperti inilah Amos diutus oleh Allah agar dengan berani menyuarakan berita keadilan, kebenaran, hukuman yang akan diterima bangsa itu oleh karena dosanya jikalau tidak berbalik kepada Tuhan. Kebenaran yang dinyatakan oleh Amos kepada bangsa itu adalah: Berani berdosa berarti berani dihukum; sekaligus penyataan kasih Allah tidak hanya kepada orang yang saleh saja melainkan juga kepada orang yang berdosa. Di dalam proses pemberitaan kebenaran firman Tuhan di tengah-tengah bangsa itu, Amos pada akhirnya ditolak di daerah Betel (Israel Utara). Penolakannya bahkan sampai meminta dia pergi dari daerah Betel dan sebaiknya bernubuat di Yehuda (Israel Selatan). Selain karena ketidaksukaan orang-orang Betel terhadap kebenaran yang disampaikan Amos, penolakannya bisa saja terjadi karena unsur politik antara perpecahan kerajaan Utara dan Selatan. Amos hadir sebagai pembawa peringatan Allah, tetapi bangsa yang beribadah kepada Tuhan itu justru anti dengan peringatan Tuhan atas tingkah-laku mereka yang benar-benar tercemar oleh dosa-dosa. Fakta bahwa sejak zaman Alkitab orang-orang bisa saja menolak kebenaran firman Tuhan, bahkan hingga saat ini, inilah yang menjadi alasan tema kali ini mengajak kita untuk memiliki keberanian menyatakan kebenaran.

PENJELASAN NAS

Secara khusus, perikop kita ini tampak seperti dialog antara Allah yang menunjukkan nubuatan akan hukuman dan murka-Nya kepada Amos, sekaligus doa Amos kepada Tuhan untuk tidak merealisasikannya. Melalui doa syafaat Amos ini, kita akan memetik 3 kebenaran sejati yang secara tersirat diserukan di sini:

Pertama: Doa orang benar berkenan bagi Allah. Amos begitu gelisah terhadap keadaan bangsanya. Karena Amos juga sezaman dengan Yesaya, maka kita bisa melihat Israel secara keseluruhan berada dalam dekresi iman. Situasi ini bukan ditandai oleh menurunnya peribadahan dan ritus-ritus. Itu tetap berajalan sebagaimana mestinya. Akan tetapi dekresi iman ini berwujud dalam penurunan moralitas, hilangnya keadilan, minimnya pelaku-pelaku kebenaran, dan maraknya penindasan, pemerasan maupun suap-menyuap. Pasal 1-7 adalah ekspresi “kekecewaan dan amarah” Tuhan terhadap bangsa-bangsa. Bukan saja hanya Israel ataupun Yehuda, tetapi juga bangsa sekitarnya. Agaknya memang asimilasi budaya dan agama yang terjadi secara khusus di Israel Utara (Bnd. Am.3:14; lih. juga 2 Raj.23:15,19) menghancurkan bangsa itu dan mendukakan hati Tuhan. Murka Allah akhirnya bangkit atas mereka sekalian. Nabi Amos memberikan respon terhadap murka Allah yang dinubuatkan itu di dalam doanya (Am.7:1-8). Di sini kita akan melihat bagaimana Amos coba “tawar-menawar” dengan Allah di dalam doanya. Hal ini juga pernah dilakukan oleh Abraham atas murka Allah terhadap Sodom dan Gomora (lih. Kej.18:23-33); dan juga Musa terhadap murka Allah atas tegar-tengkuknya bangsa itu (lih. Kel.34:6-9). Doa orang benar selalu menyukakan hati Allah dan selalu berkenan di hadapan Allah. Inilah kebenaran yang pertama-tama diserukan Amos kepada kita saat ini. Melalui doa Amos ini (ay.2,4) akan kita lihat nilai sebuah sikap rendah hati dan pengakuan atas kelemahan jikalau berjalan tanpa kasih Allah. “…bagaimana Yakub dapat bertahan? Bukankah ia kecil?” adalah suatu pengakuan bahwa Israel tidak akan tahan akan murka Allah itu. Doa orang benar yang berkenan kepada Allah adalah doa yang memohon dengan tulus, sikap rendah hati, dan berpasrah diri penuh kepada Allah. Inilah yang dilakukan Amos untuk memohon belas kasihan Tuhan.

Kedua: Pertobatan membuahkan pengampunan. Salah satu ayat yang begitu menarik dalam kitab Amos ini adalah Amos 3:7. Allah tidak berbuat sesuatu tanpa menyatakan keputusan-Nya kepada hamba-hamba-Nya para nabi. Firman Tuhan dan nubuatan yang disampaikannya kepada Amos dan nabi-nabi lainnya adalah sebuah bentuk dari “peringatan” Allah atas dosa-dosa bangsa itu. Di sinilah peran Nabi dipakai oleh Allah untuk memberitakan kebenaran kepada bangsa Israel dengan harapan agar mereka berbalik dari dosanya dan kembali kepada Allah. Tetapi, apalah daya. Jika kita membaca Amos 7 pada ayat-ayat selanjutnya, bangsa itu justru mengulangi kesalahannya yakni mengusir Amos dan melarang nabi-nabi Tuhan bernubuat (Am.2:12). Atas kebebalan dan ketidaksukaan mereka terhadap firman Tuhan, hukum dan ketetapan Tuhan, terlebih peringatan Tuhan, maka pada akhirnya bangsa itu dihukum sebagai bangsa terbuang. Bagaimana Amos yang memohon agar Allah tidak melaksanakan hukumannya sebenarnya menunjukkan Allah senantiasa menanti pertobatan bangsa-Nya. Dan inilah kebenaran kedua yang dinyatakan bagi kita melalui doa Amos, yakni pertobatan yang sungguh-sungguh akan membuahkan kasih dan pengampunan Allah.

Ketiga: Kasih Allah adalah proporsional dan sempurna. Kendatipun kita mengimani Allah adalah Maha Kasih, tetapi melalui nubuatan Allah terhadap Amos menyatakan suatu kebenaran bagi kita: Allah juga adalah hakim dan membenci dosa. Kasih Allah bukanlah kasih yang memanjakan dan dapat berkompromi dengan dosa. Penglihatan yang dinyatakan bagi Amos adalah belalang dan api. Apa yang terpenting dari sekawanan belalang ini adalah waktu kedatangannya. Allah merencanakan kedatangan kawanan belalang itu setelah selesai panen pertama dan memasuki periode awal panen kedua. Jikalau belalang ini merusak seluruh rumput akhir yang mulai tumbuh setelah panen pertama – yakni kepada Raja – maka bangsa itu akan mengalami bencana kelaparan yang begitu hebatnya. Demikian juga dengan nubuatan tentang api. Digambarkan api itu akan memakan habis tanah ladang. Beberapa pendapat tentang ini adalah tentang kejatuhan Israel karena invasi bangsa lain, tetapi ada juga yang berpendapat tentang lava vulkanik dari gunung meletus. Pandangan manapun yang digunakan, tetap saja ini adalah sebuah pemandangan yang begitu mengerikan untuk dibayangkan, apalagi harus dihadapi. Tidak tanggung murka Allah yang dinubuatkan kepada Amos. Maka di sini kita disuguhkan sebuah kebenaran: Benar Allah adalah maha kasih, tetapi Dia tidak pernah berkompromi dengan dosa. Untuk itu jangan pernah menganggap kasih bisa dipermainkan.

Kesimpulan/refleksi

Melalui kisah dan doa Amos ini kita akan memetik kebenaran iman yang begitu berharga yang telah dikumandangkan oleh Amos. Doa, kasih Allah, dan pertobatan serta pengampunan-Nya, menjadi inti dari pemberitaan kebenaran Amos bagi bangsa yang telah terdekresi imannya. Kebenaran ini lah yang juga sampai kepada kita. Tema ini adalah ajakan bagi kita untuk berani menyuarakan kebenaran firman Tuhan ini di tengah tantangan zaman yang semakin hari semakin kompleks ini. Dimulai dari keluarga terlebih dahulu. Mari berani luangkan waktu untuk menyatakan dan mengajarkan kebenaran kepada setiap anggota keluarga. Setelah itu, hiduplah di dalam kebenaran itu, agar hidup kita menyatakan kebenaran itu melalui tindakan dan perbuatan.

Add your comment