BAHAN SERMON MINGGU 5 SET. TRINITATIS, 30 JUNI 2024
“IMAN YANG MENYEMBUHKAN”
Ep. Amsal 1:13-15
PENDAHULUAN
Tema
yang diberikan kepada kita kali ini adalah iman yang menyembuhkan dengan
perikop dari Amsal 1:13-15. Nas kali ini merupakan permulaan nasihat-nasihat
dari Salomo, raja Israel, dengan salah satu nasihat yang begitu familiar yaitu
“takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan”. Tepat setelah Salomo
menasihatkan takut akan Tuhan, dia mengatakan agar kita mendengarkan didikan
ayah dan pengajaran ibu. Agaknya Salomo terlebih dahulu memberitahukan dan
mencoba membangun pondasi moral dari bangsa Israel sendiri. Nas kali ini
mencoba mengarahkan kita kepada “iman yang menyembuhkan” dalam aspek moral dan
kejahatan sosial. Sebab dari ayat 11-14 kita akan melihat praktek tentang
perampokan, pembunuhan tergambar jelas di sana. Dan inilah fakta yang sedang
dihadapi oleh orang Kristen pada masa kini. Maraknya penyakit-penyakit sosial,
seperti perampokan, pembegalan, balas dendam, perselingkuhan, dan masih banyak
jenis lainnya. Seolah kehidupan, kesetiaan, nyawa tidak memiliki makna berarti
bagi para pelaku-pelaku kejahatan. Belum lagi ketika kita harus diperhadapkan
dengan penyakit sosial seperti judi, pergaulan bebas, narkoba, dan masih banyak
lagi yang mencoba mengancam secara khusus kehidupan orang-orang muda dalam
proses pencarian jati dirinya. Itulah mengapa pertama-tama Salomo mengingatkan
dua hal: takut akan Tuhan dan mendengarkan nasihat orang tua sebagai pondasi
pengajaran moralitas yang benar dari iman Kristen.
PENJELASAN NAS
Untuk
itu, dalam terang tema iman yang menyembuhkan, melalui Amsal 1:13-15 kita akan
melihat 2 hal dari kacamata iman untuk menyembuhkan penyakit sosial ini:
Pertama, Menjadi berbeda: jangan hidup
menurut tingkah laku mereka. Percaya
atau tidak, suka atau tidak suka, baik dalam hubungan sosial di kalangan
anak-anak, remaja, dewasa, orang tua, bahkan lansia sekalipun, kita sering
sekali “mencari kawan” untuk melakukan kesalahan dan kenakalan. Sebab memang
sejatinya manusia tidak pernah benar-benar ingin sendiri dalam upayanya berlaku
curang. Apalagi ada satu fakta yang tidak bisa ditolak, sebaik-baiknya manusia
tetap ada yang membenci; seburuk-buruknya perilaku manusia tetap saja ada yang
menyukai. Apa yang terjadi di Amsal ini adalah salah satu contohnya.
Iming-iming keuntungan yang didapatkan dari berlaku jahat dipaparkan dalam ayat
13-14. Harta dan barang berharga akan didapatkan, barang-barang rampasan akan
memenuhi rumah, dan akan ada pembagian-pembagian. Di sini lah integritas dan
identitas kita dipertaruhkan. Ketika Salomo mengatakan untuk berani tampil
berbeda, tidak berperilaku selayaknya para penjahat itu, ini mengingatkan kita
terhadap apa yang Yesus katakan kepada para murid: Kamulah garam dan terang
(Mat.5:13-16). Paulus juga memberikan nasihat yang sama kepada jemaat Roma,
jangan menjadi serupa dengan dunia ini (Rm.12:2). Kita memang hidup di
tengah-tengah realitas dunia, tetapi kita tidak harus hidup seturut apa yang
dilazimkan oleh dunia. Inilah iman yang menyembuhkan itu. Bahwa oleh iman kita
memperoleh pembaharuan budi. Sebab, iman timbul dari pendengaran akan firman
Kristus (Rm.10:17), dan pendengaran firman itu akan mendidik kita dalam
kebenaran agar disembuhkan dan dipulihkan (2 Tim.3:16).
Kedua, Berpendirian teguh: tahanlah
kakimu dari pada jalan mereka. Hidup
dalam kebenaran dan menjadi berbeda dengan dunia ini agar dapat hidup
meneladani Kristus itu sulit. Yesus sendiri mengatakan kita diutus bagaikan
domba di tengah-tengah serigala (Mat.10:16). Untuk itulah kita membutuhkan
dasar pijakan yang benar-benar teguh dan kuat, yakni iman. Salomo paham betul
tentang ini sehingga dia mengatakan bahwa takut akan Tuhan adalah permulaan
pengetahuan (ay.7), yakni untuk tetap berpendirian pada kebenaran sebab di
dalam iman kita mengetahui Allah membenci dosa dan segala jalan atau rancangan
kejahatan. Selain itu, perubahan, kesembuhan, tidak akan pernah terjadi selain
daripada diri sendiri menerima dan mengakui di dalam kesungguhan iman Roh Kudus
bekerja dalam hati dan pikiran kita. Hidup yang ingin mengalami kesembuhan oleh
iman, memang membutuhkan komitmen dan keyakinan kuat. Dan membutuhkan
pengenalan diri seutuhnya sebagai orang Kristen yang telah ditebus oleh Kristus
karena kasih-Nya kepada kita. Inilah dasar pijakan yang teguh, sebagai benteng
dan pagar bagi kita agar tidak melangkahkan kaki ini di jalan kefasikan dan
kelaliman.
REFLEKSI