“HIDUP KARENA
PERCAYA BUKAN KARENA MELIHAT”
PENDAHULUAN
Tuhan orang Kristen bukanlah Tuhan yang diolah oleh pikiran,
bukan juga yang dibuktikan hanya dengan melihat. Sebab bagaimanapun, di dalam
iman kita mengaku dan teguh percaya, bahwa kita mengenal Tuhan hanya sebatas
mana Alkitab mempersaksikan Dia yang hidup dan senantiasa ada di dalam sejarah
perjalanan kehidupan manusia. Tetapi, apakah yang menjadi alasan kita percaya
kepada Tuhan hingga saat ini? Sebab kita mengimani apa yang dikatakan Alkitab,
bahwa Tuhan sendiri yang mengatakan kepada bangsa-Nya, Akulah Tuhan. Itulah
mengapa Yesus mengatakan kepada murid-Nya, berbahagialah mereka yang tidak
melihat namun percaya. Sebab, kalau kita melihat dalam sejarah perjalanan umat
Israel, ada begitu banyak tanda kuasa Allah yang nyata secara langsung di
hadapan mereka – di antaranya laut terbelah, tulah, manna, tiang awan dan api,
penyertaan Tuhan sepanjang 40 tahun mereka di gurun, air yang keluar dari batu,
dan masih banyak tanda yang lain – bangsa Israel tetap saja jatuh ke dalam dosa
menduakan dan meninggalkan Tuhan disaat-saat sulit yang mereka hadapi. Maka,
hidup dalam hubungan relasi dengan Tuhan tidak diukur dari apa yang kita lihat,
melainkan seberapa teguh kita percaya kepada Dia Allah yang hidup. Kendatipun
ada banyak persoalan hidup yang sedang kita alami saat ini dan yang menanti
kita di depan, hiduplah di dalam keteguhan hati di dalam kepercayaan kepada
Tuhan. Maka mari kita imani: suka dan duka dipakainya untuk kebaikan ku, sebab
di jalan hidupku, aku dituntun senantiasa oleh Yesus Tuhanku.
PENJELASAN NAS
Kita akan melihat beberapa pokok penting sebagai perenungan
Tema kita hidup karena percaya di bawah terang firman Mazmur 92:1-4. Ada 2 hal
yang harus kita lakukan sebagai bukti hidup kita benar-benar dilandaskan pada
percaya (iman):
Pertama: Adalah
baik beribadah kepada TUHAN. Tidak
diberitahukan dengan pasti tentang siapa yang menuliskan mazmur ini. Akan
tetapi, diberikan informasi kepada kita bahwa lagu ini merupakan nyanyian
komunal (jemaat) yang dilakukan oleh orang Israel dalam peribadahan sabat
mereka (ay.1). Hari Sabat bagi orang Israel bukan hanya sekedar peristirahatan
mereka dari kegiatan-kegaitan rutinitas, tetapi juga kesempatan bagi mereka
untuk berkumpul, bernyanyi bersama memuji memuliakan nama Tuhan secara komunal.
Secara khusus, ayat 1-4 ini merupakan panggilan peribadahan untuk merayakan
betapa besarnya pekerjaan Allah bagi umat-Nya, sekaligus mengucap syukur atas
berkat-berkat-Nya bagi orang-orang yang mau hidup di dalam ketaatan dan
kebenaran Allah. Mazmur ini dimulai dengan kalimat “Adalah baik untuk menyanyikan syukur kepada Tuhan”. Pertama,
satu-satunya subjek yang pantas mendapatkan pujian dari manusia hanyalah Allah
sebab dia adalah Yang Mahatinggi. Tidak ada siapapun atau apapun yang lebih
besar dan lebih tinggi dari Allah yang kita sembah. Untuk itu, melalui Mazmur
pujian Sabat ini kita diingatkan agar selalu beribadah kepada Tuhan. Kedua,
jangan pernah menolak dan meninggalkan peribadahan dan persekutuan. Ini sangat
penting: “Di dalam doa, aku berbicara kepada Tuhan; ketika membaca Alkitab
Tuhan berbicara kepadaku; di dalam ibadah aku bersekutu dengan Tuhan; dan di
dalam kelemahan dan pergumulan Dia hadir memberi kekuatan”. Untuk itu, ungkapan
adalah baik beribadah kepada Tuhan, adalah ajakan supaya jangan sesekali
meninggalkan peribadahan.
Kedua:
Menceritakan kasih setia Tuhan. Sifat Allah yang secara spesifik dinyanyikan (diberitahukan,
diceritakan) melalui puji-pujian sabat ini adalah tentang kasih setia Allah dan
kesetiaan-Nya. Menceritakan kasih Allah tidak serta-merta harus selalu menjadi
pengkhotbah. Bukan harus menjadi penatua atau pendeta. Kita perhatikan, Daud
yang adalah raja sekaligus pemazmur mampu menceritakan Tuhan melalui talenta
yang dia peroleh dari Tuhan, yakni dari nyanyian yang digubahnya. Para pemazmur
lain yang juga adalah musisi mempersaksikan tentang kasih Allah dalam kehidupan
mereka – baik suka maupun duka, dikala susah maupun senang – melalui nyanyian
dan alat-alat musik (ay.4). Ketika pemazmur menggubah lirik “beritakan kasih setia Allah kala pagi, dan
ksetiaan Allah di waktu malam” adalah sebuah ajakan untuk menceritakan
kebaikan Allah setiap waktu, setiap saat di kehidupan kita. Untuk itu, ketika
pemazmur mencoba menceritakan kebaikan Tuhan tidak hanya secara verbal tetapi
juga secara instrumental, ini menjadi menarik. Kita harus ingat, ayat 1-4
merupakan panggilan peribadahan. Untuk itu, setiap lirik Mazmur ini merupakan
panggilan bagi kita. Apa panggilan itu? Tetaplah setia menjadi orang yang
senantiasa menghidupi kasih Allah di tengah-tengah keluarga, pekerjaan,
persekutuan, pelayanan, sebagai pemberitaan yang hidup. Karena bagaimanapun,
khotbah yang hidup adalah kehidupan dan perilaku kita.
REFLEKSI
Kita hidup karena kita percaya. Secara mendalam, mari kita refleksikan ini sebagai panggilan untuk menguatkan iman, meneguhkan pengharapan di dalam hubungan yang solid dengan Allah yang hidup. Kehidupan rohani kita digugah dan dikuatkan agar mampu seperti pemazmur, bahwa di dalam lika-liku kehidupan yang sangat kompleks ini kita dipanggil untuk senantiasa setia terhadap peribadahan, doa, pujian, dan pembacaan firman. Nas ini juga memanggil kita untuk mengekspresikan iman dan pengharapan yang diteguhkan itu di dalam kehidupan sehari-hari. Melalui persekutuan dan peribadahan, kiranya memberikan kekuatan. Selain itu, kita dipanggil untuk menjadi saksi atas kasih setia Tuhan dalam segala aspek kehidupan ini, setiap hari dan setiap saat tanpa dibatasi kondisi dan situasi. (DKHL)